Jumat, 31 Mei 2013

Orang Habiskan Waktu Lebih Banyak dengan Smartphone daripada Pasangan

Menurut survei terbaru, orang habiskan waktu lebih banyak dengan smartphone dibanding pasangan masing-masing. Rata-rata, ponsel pintar sita 2 jam waktu mereka. Sedangkan berhubungan dengan partner dalam keseharian, hanya 97 menit saja. Survei yang dilakukan oleh salah satu provider telekomunikasi Eropa O2 ini mengungkap data jika pengguna habiskan 24 menit dalam sehari untuk akses internet. Berikut list lengkap fitur ponsel yang sering digunakan pengguna menurut studi O2: Akses internet, 24 menit sehari. Cek jejaring sosial, 16 menit sehari. Mendengarkan musik, 15 menit sehari. Bermain game, 13 menit sehari. Bertelepon, 13 menit sehari. SMS, 11 menit sehari. Akses email, 9 menit sehari. Membaca buku, 8 menit sehari. Menonton video, 7 menit sehari. Mengambil gambar (foto), 3 menit sehari. Dari data di atas secara total pengguna ponsel habiskan waktu hampir dua jam (119 menit) dalam sehari untuk mengakses smartphone-nya. Studi ini dilakukan pada 2.000 responden dewasa di Inggris. David Johson dari O2 mengatakan jika smartphone kian hari makin pintar. Pengguna lebih terpaku ke layar daripada berkomunikasi dengan pasangan hidup mereka dalam keseharian. Ponsel pintar juga dirasa telah alami evolusi. Smartphone, kata David, kini tak lagi sebagai alat komunikasi namun sudah jadi perangkat hiburan di rumah. Demikian tulis Daily Mail. Sumber: http://sidomi.com/189892/orang-habiskan-waktu-lebih-banyak-dengan-smartphone-daripada-pasangan/

perubahan simulator yang sebelumnya


$mod51
org 0h
start:mov p0,#00000110b
      mov p1,#00000000b
      mov p2,#00000000b
      mov P3,#00000000b
call delay
                mov p0,#00000110b
      mov p1,#00111111b
      mov p2,#00000000b
      mov P3,#00000000b
call delay
                mov p0,#00000110b
      mov p1,#00111111b
      mov p2,#01101111b
      mov P3,#00000000b
call delay
                mov p0,#00000110b
      mov p1,#00111111b
      mov p2,#01101111b
      mov P3,#00000110b
call delay
                mov p0,#00000000b
      mov p1,#00000110b
      mov p2,#00111111b
      mov P3,#01101111b
call delay
                mov p0,#00000000b
      mov p1,#00000000b
      mov p2,#00000110b
      mov P3,#00111111b
call delay
                mov p0,#00000000b
      mov p1,#00000000b
      mov p2,#00000000b
      mov P3,#00000110b
call delay
mov p0,#00000000b
      mov p1,#00000000b
      mov p2,#00000000b
      mov P3,#00000000b
call delay
                mov p0,#00000110b
      mov p1,#00000000b
      mov p2,#00000000b
      mov P3,#00000000b
call delay
                mov p0,#00000110b
      mov p1,#01011011b
      mov p2,#00000000b
      mov P3,#00000000b
call delay
                mov p0,#00000110b

simulator


$mod51
org 0h
start:mov p0,#00000110b
      mov p1,#00000000b
      mov p2,#00000000b
      mov P3,#00000000b
call delay
                mov p0,#00000110b
      mov p1,#01011011b
      mov p2,#00000000b
      mov P3,#00000000b
call delay
                mov p0,#00000110b
      mov p1,#01011011b
      mov p2,#01001111b
      mov P3,#00000000b
call delay
                mov p0,#00000110b
      mov p1,#01011011b
      mov p2,#01001111b
      mov P3,#01100110b
call delay
                mov p0,#00000000b
      mov p1,#00000110b
      mov p2,#01011011b
      mov P3,#01001111b
call delay
                mov p0,#00000000b
      mov p1,#00000000b
      mov p2,#00000110b
      mov P3,#01011010b
call delay
                mov p0,#00000000b
      mov p1,#00000000b
      mov p2,#00000000b
      mov P3,#00000110b
call delay
sjmp start
delay:mov r1,#255
delay1:mov r2,#255
delay2:mov r3,#25
delay3:djnz r3,delay3
                djnz r2,delay2
                djnz r1,delay1
                ret
                end

hasil:

 


 

Minggu, 26 Mei 2013

contoh form inputan dalam 2 halaman PHPtriad

(notepad1)
<body>
<form action=proses.php method=POST name=input>
Nama Anda<input type=text name=Nama size=15>
</br>
<input type=submit name=input value=input>
</form>
</body>

disimpan:C/apache/htdocs/folder baru/Input.php

(notepad2)

<?
if(isset($_POST['input'])){
$Nama=$_POST['Nama'];
}
echo"Nama Anda:<B>$Nama</B>";
?>

simpan di folder yang sama dengan file name:proses.php

Himpunan Copy'an


Himpunan (set)


      
·      Himpunan (set) adalah kumpulan objek-objek yang berbeda.

·      Objek di dalam himpunan disebut elemen, unsur, atau anggota.

Cara Penyajian Himpunan


1. Enumerasi


Contoh 1.
-  Himpunan empat bilangan asli pertama: A = {1, 2, 3, 4}.      
-  Himpunan lima bilangan genap positif pertama: B = {4, 6, 8, 10}.            
-  C = {kucing, a, Amir, 10, paku}
-  R  = { a, b, {a, b, c}, {a, c} }
-  C  = {a, {a}, {{a}} }
-  K  = { {} }                                                                                                              
-  Himpunan 100 buah bilangan asli pertama: {1, 2, ..., 100 }             
-  Himpunan bilangan bulat ditulis sebagai {…, -2, -1, 0, 1, 2, …}.                                                                                                  
Keanggotaan
x Î A : x merupakan anggota himpunan A;
x Ï A : x bukan merupakan anggota himpunan A.


Contoh 2.
Misalkan: A = {1, 2, 3, 4},  R  = { a, b, {a, b, c}, {a, c} }
       K  = {{}}
maka
3    A
5    B
{a, b, c} Î R
            c Ï R  
                  {} Î K
                  {} Ï R                                                                                                            
Contoh 3. Bila P1 = {a, b}, P2 = { {a, b} }, P3 = {{{a, b}}}, maka
                  a Î P1
            a Ï P2
                        P1 Î P2
            P1 Ï P3
                        P2 Î P3                                                                                                                       


2. Simbol-simbol Baku

P =  himpunan bilangan bulat positif  =  { 1, 2, 3, ... }
N =  himpunan bilangan alami (natural)  =  { 1, 2, ... }
Z =  himpunan bilangan bulat  =  { ..., -2, -1, 0, 1, 2, ... }
Q =  himpunan bilangan rasional
R =  himpunan bilangan riil
C =  himpunan bilangan kompleks


·         Himpunan yang universal: semesta, disimbolkan dengan U.
Contoh: Misalkan U = {1, 2, 3, 4, 5} dan A adalah himpunan bagian dari U, dengan A = {1, 3, 5}.


3.   Notasi Pembentuk Himpunan

Notasi: { x ú syarat yang harus dipenuhi oleh x }      


Contoh 4.
(i)  A adalah himpunan bilangan bulat positif yang kecil dari 5
       A = { x | x  adalah bilangan bulat positif lebih kecil dari  5}
 atau
 A  =  { x | x  P, x < 5 } 
     yang ekivalen dengan A = {1, 2, 3, 4}

(ii)  M = { x | x adalah mahasiswa yang mengambil kuliah IF2151}             


4. Diagram Venn

Contoh 5.
Misalkan U = {1, 2, …, 7, 8}, A = {1, 2, 3, 5} dan B = {2, 5, 6, 8}.
Diagram Venn:




Kardinalitas

·           Jumlah elemen di dalam A disebut kardinal dari himpunan A.
·           Notasi: n(A) atau êA ê

Contoh 6.
(i)   B = { x | x merupakan bilangan prima yang lebih kecil dari 20 },
          atau B = {2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19} maka ½B½ = 8
(ii)  T = {kucing, a, Amir, 10, paku}, maka ½T½ = 5
(iii)  A = {a, {a}, {{a}} }, maka ½A½ = 3                                                                                                                  

 

Himpunan Kosong

·           Himpunan dengan kardinal = 0 disebut himpunan kosong (null set).
·           Notasi : Æ atau {}


Contoh 7.
(i)   E = { x | x < x }, maka n(E) = 0
(ii)  P = { orang Indonesia yang pernah ke bulan }, maka n(P) = 0
(iii) A = {x | x adalah akar persamaan kuadrat x2 + 1 = 0 }, n(A) = 0            

·           himpunan {{ }} dapat juga ditulis sebagai {Æ}
·           himpunan {{ }, {{ }}} dapat juga ditulis sebagai {Æ, {Æ}}
·           {Æ} bukan himpunan kosong karena ia memuat satu elemen yaitu himpunan kosong.


Himpunan Bagian (Subset)

·           Himpunan A dikatakan himpunan bagian dari himpunan B jika dan hanya jika setiap elemen A merupakan elemen dari B.
·           Dalam hal ini, B dikatakan superset dari A.
·           Notasi: A  Í B

·           Diagram Venn:
                                               


Contoh 8.
(i)  { 1, 2, 3} Í {1, 2, 3, 4, 5}
(ii) {1, 2, 3} Í {1, 2, 3}         
(iii) N Z R C
(iv) Jika A = { (x, y) | x + y < 4, x  ³, y  ³ 0 } dan
       B = { (x, y) | 2x + y < 4,  x  ³ 0 dan y  ³ 0 },  maka B A.                    







                                                                                             

TEOREMA 1. Untuk sembarang himpunan A berlaku hal-hal sebagai berikut:
(a) A adalah himpunan bagian dari A itu sendiri (yaitu, A A).
(b) Himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari A ( A).
(c) Jika A Í B dan B Í C, maka A Í C
                       
·      A dan A A, maka dan A disebut himpunan bagian tak sebenarnya (improper subset) dari himpunan A.
Contoh: A = {1, 2, 3}, maka {1, 2, 3} dan Æ adalah improper subset dari A.

·      A Í B berbeda dengan A Ì B
(i)            A Ì B : A adalah himpunan bagian dari B tetapi A ¹ B.
       A adalah himpunan bagian sebenarnya (proper subset) dari B.

 Contoh: {1} dan {2, 3} adalah  proper subset dari {1, 2, 3}

(ii) A Í B : digunakan untuk menyatakan bahwa A adalah  himpunan bagian (subset) dari B yang memungkinkan A = B.


Himpunan yang Sama

·           A = B jika dan hanya jika setiap elemen A merupakan elemen B dan sebaliknya setiap elemen B merupakan elemen A.
·           A = B jika A adalah himpunan bagian dari B dan B adalah himpunan bagian dari A. Jika tidak demikian, maka A ¹ B.

·           Notasi : A = B  «  A Í B dan B Í A


Contoh 9.
(i)   Jika A = { 0, 1 } dan B = { x | x (x – 1) = 0 }, maka A = B
(ii)  Jika A = { 3, 5, 8, 5 } dan B = {5, 3, 8 }, maka A = B
(iii) Jika A = { 3, 5, 8, 5 } dan B = {3, 8}, maka A ¹ B                                                          
Untuk tiga buah himpunan, A, B, dan C berlaku aksioma berikut:
(a) A = A, B = B, dan C = C    
(b) jika A = B, maka B = A
(c) jika A = B dan B = C, maka A = C

 


Himpunan yang Ekivalen


·           Himpunan A dikatakan ekivalen dengan himpunan B jika dan hanya jika kardinal dari kedua himpunan tersebut sama.

·           Notasi : A ~ B  « ½A½ = ½B½


Contoh 10.
Misalkan A = { 1, 3, 5, 7 } dan B = { a, b, c, d }, maka A ~ B sebab ½A½ = ½B½ = 4                     

 


Himpunan Saling Lepas

·           Dua himpunan A dan B dikatakan saling lepas (disjoint) jika keduanya tidak memiliki elemen yang sama.

·           Notasi : A // B

·           Diagram Venn:

Contoh 11.
Jika A = { x | x P, x < 8 } dan B = { 10, 20, 30, ... }, maka A // B.                       

Himpunan Kuasa


·           Himpunan kuasa (power set) dari himpunan A adalah suatu himpunan yang elemennya merupakan semua himpunan bagian dari A, termasuk himpunan kosong dan himpunan A sendiri.                         

·           Notasi : P(A) atau 2A

·           Jika ½A½ = m, maka ½P(A)½ = 2m.

Contoh 12.
Jika A = { 1, 2 }, maka P(A) = { , { 1 }, { 2 }, { 1, 2 }}                                        
Contoh 13.
Himpunan kuasa dari himpunan kosong adalah P(Æ) = {Æ}, dan himpunan kuasa dari himpunan {Æ} adalah P({Æ}) = {Æ, {Æ}}.                                                                                      

Operasi Terhadap Himpunan

a. Irisan (intersection)


·         Notasi : A Ç B = { x | x Î A dan x Î B }






Contoh 14.
(i)        Jika A = {2, 4, 6, 8, 10} dan B = {4, 10, 14, 18},
  maka A Ç B = {4, 10}
(ii) Jika A = { 3, 5, 9 } dan B = { -2, 6 }, maka A B = .
 Artinya:  A // B                            

b.  Gabungan (union)


·         Notasi : A È B = { x | x Î A atau x Î B }



   


Contoh 15.
(i)  Jika A = { 2, 5, 8 } dan B = { 7, 5, 22 }, maka A B = { 2, 5, 7, 8, 22 }
(ii) A = A                                                                                                          

 

 

c.  Komplemen (complement)


·         Notasi :  = { x | x Î U, x Ï A }







Contoh 16.
Misalkan U = { 1, 2, 3, ..., 9 },
(i)                 jika A = {1, 3, 7, 9}, maka  = {2, 4, 6, 8}
(ii)               jika A = { x | x/2 P, x < 9 }, maka = { 1, 3, 5, 7, 9 }                                      

Contoh 17.  Misalkan:
A = himpunan semua mobil buatan dalam negeri
B = himpunan semua mobil impor
C = himpunan semua mobil yang dibuat sebelum tahun 1990
D = himpunan semua mobil yang nilai jualnya kurang dari Rp 100 juta
E = himpunan semua mobil milik mahasiswa universitas tertentu

(i)       “mobil mahasiswa di universitas ini produksi dalam negeri atau diimpor dari luar negeri” à (E Ç A) È (E Ç B) atau E Ç (A È B)

(ii)     “semua mobil produksi dalam negeri yang dibuat sebelum tahun 1990 yang nilai jualnya kurang dari Rp 100 juta” à A Ç C Ç D

(iii)   “semua mobil impor buatan setelah tahun 1990 mempunyai nilai jual lebih dari Rp 100 juta” à                                             


d. Selisih (difference)


·         Notasi : AB = { x | x Î A dan x Ï B } =  A Ç







Contoh 18.  
(i)   Jika A = { 1, 2, 3, ..., 10 } dan B = { 2, 4, 6, 8, 10 }, maka AB = { 1, 3, 5, 7, 9 } dan BA =
(ii)  {1, 3, 5} – {1, 2, 3} = {5}, tetapi {1, 2, 3} – {1, 3, 5} = {2}
 

e.  Beda Setangkup (Symmetric Difference)


·         Notasi: A Å B = (A È B) – (A Ç B) = (AB) È (BA)


Contoh 19.
Jika A = { 2, 4, 6 } dan B = { 2, 3, 5 }, maka A B = { 3, 4, 5, 6 }
 


Contoh 20.  Misalkan
U = himpunan mahasiswa
P = himpunan mahasiswa yang nilai ujian UTS di atas 80
Q = himpunan mahasiswa yang nilain ujian UAS di atas 80
Seorang mahasiswa mendapat nilai A jika nilai UTS dan nilai UAS keduanya di atas 80, mendapat nilai B jika salah satu ujian di atas 80, dan mendapat nilai C jika kedua ujian di bawah 80.
(i)        “Semua mahasiswa yang mendapat nilai A” : P Ç Q
(ii)      “Semua mahasiswa yang mendapat nilai B” : P Å Q
(iii)        “Ssemua mahasiswa yang mendapat nilai C” : U – (P È Q)            

 

TEOREMA 2.  Beda setangkup memenuhi sifat-sifat berikut:

            (a) A Å B = B Å A                                       (hukum komutatif)
            (b) (A Å B )  Å C = A Å (B Å C )                   (hukum asosiatif)











           

f.  Perkalian Kartesian (cartesian product)


·         Notasi: A ´ B = {(a, b) ½ a Î A dan b Î B }


Contoh 20.
(i)   Misalkan C = { 1, 2, 3 },  dan D = { a, b }, maka
      C
´ D = { (1, a), (1, b), (2, a), (2, b), (3, a), (3, b) }
(ii)  Misalkan A = B = himpunan semua bilangan riil, maka
 A
´ B = himpunan semua titik di bidang datar

Catatan:
1.      Jika A dan B merupakan himpunan berhingga, maka: ½A ´ B½ = ½A½ . ½B½.
2.      Pasangan berurutan (a, b) berbeda dengan (b, a), dengan kata lain (a, b) ¹ (b, a).
3.      Perkalian kartesian tidak komutatif, yaitu A ´ B ¹ B ´ A  dengan syarat A atau B tidak kosong.
Pada Contoh 20(i) di atas, D ´ C = {(a, 1), (a, 2), (a, 3), (b, 1), (b, 2), (b, 3) } ¹ C ´ D.
4.    Jika A = Æ atau B = Æ, maka A ´ B = B ´ A =  Æ

 

Contoh 21.  Misalkan

A = himpunan makanan = { s = soto, g = gado-gado, n = nasi goreng, m = mie rebus }

         B = himpunan minuman = { c = coca-cola, t = teh, d = es dawet }
Berapa banyak kombinasi makanan dan minuman yang dapat disusun dari kedua himpunan di atas?
Jawab:
½A ´ B½ = ½A½×½B½ = 4 × 3 = 12 kombinasi dan minuman, yaitu {(s, c), (s, t), (s, d), (g, c), (g, t), (g, d), (n, c), (n, t), (n, d), (m, c), (m, t), (m, d)}.                                                                                        
Contoh 21. Daftarkan semua anggota himpunan berikut:
(a) P(Æ)     (b) Æ ´ P(Æ)   (c) {Æ}´ P(Æ)            (d) P(P({3})) 
Penyelesaian:
(a)    P(Æ) = {Æ}
(b)   Æ ´ P(Æ) = Æ   (ket: jika A = Æ atau B = Æ maka A ´ B = Æ)
(c)    {Æ}´ P(Æ) = {Æ}´ {Æ} = {(Æ,Æ))
(d)   P(P({3})) = P({ Æ,  {3} }) = {Æ, {Æ}, {{3}}, {Æ, {3}} }                                                  


Perampatan Operasi Himpunan

           


Contoh 22.

(i) A (B1B2  ... Bn) = (A B1) (A B2) ... (A Bn)

(ii) Misalkan A = {1, 2},   B = {a, b}, dan C = {a, b}, maka
A ´ B ´ C = {(1, a, a), (1, a, b), (1, b, a), (1, b, b), (2, a, a), (2, a, b), (2, b, a), (2, b, b) }






Hukum-hukum Himpunan


1.   Hukum identitas:
    A = A
    A U = A

2.   Hukum null/dominasi:
    A =
    A U = U

3.   Hukum komplemen:
    A  = U
    A  =
4.   Hukum idempoten:
    A A = A
    A A = A

5.   Hukum involusi:
    = A

6.   Hukum penyerapan (absorpsi):
    A (A B) = A
    A (A B) = A
7.   Hukum komutatif:
    A B = B A
    A B = B A

8.   Hukum asosiatif:
    A (B C) = (A B) C
    A (B C) = (A B) C

9.   Hukum distributif:
    A (B C) = (A B) (A C)
    A (B C) = (A B) (A C)

10. Hukum De Morgan:
     =
     =
11.  Hukum 0/1
     = U
     = Æ

 












Prinsip Dualitas
·         Prinsip dualitas: dua konsep yang berbeda dapat dipertukarkan namun tetap memberikan jawaban yang benar.
Contoh: AS à kemudi mobil di kiri depan
            Inggris (juga Indonesia) à kemudi mobil di kanan depan
Peraturan:
            (a) di Amerika Serikat,
                        -   mobil harus berjalan di bagian kanan jalan,           
-          pada jalan yang berlajur banyak, lajur kiri untuk mendahului,
-          bila lampu merah menyala, mobil belok kanan boleh langsung

(b) di Inggris,
-          mobil harus berjalan di bagian kiri jalan,
-          pada jalur yang berlajur banyak, lajur kanan untuk mendahului,
-          bila lampu merah menyala, mobil belok kiri boleh langsung

Prinsip dualitas:
Konsep kiri dan kanan dapat dipertukarkan pada kedua negara tersebut sehingga peraturan yang berlaku di Amerika Serikat menjadi berlaku pula di Inggris.


·         (Prinsip Dualitas pada Himpunan). Misalkan S adalah suatu kesamaan (identity) yang melibatkan himpunan dan operasi-operasi seperti , , dan komplemen. Jika S* diperoleh dari S dengan mengganti   ® ,  ® ,  ® U, U ® , sedangkan komplemen dibiarkan seperti semula, maka kesamaan S* juga benar dan disebut dual dari kesamaan S.



1.   Hukum identitas:
   A = A

Dualnya:
A U  = A
2.   Hukum null/dominasi:
   A =

Dualnya:
A U = U

3.   Hukum komplemen:
    A  = U

Dualnya:
A =

4.   Hukum idempoten:
    A A = A

Dualnya:
A A = A

5.   Hukum penyerapan:
    A (A B) = A          

Dualnya:
       A (A B) = A
6.   Hukum komutatif:
    A B = B A 

Dualnya:
       A B = B A
7.   Hukum asosiatif:
 A (B C) = (A B) C

Dualnya:
 A (B C) = (A B) C

8.   Hukum distributif:
A (B C)=(A B) (A C)

Dualnya:
 A (B C) = (A B) (A C)
9.   Hukum De Morgan:
     =  
     
Dualnya:
        =  
10.  Hukum 0/1
    = U
     
Dualnya:
        = Æ

Contoh 23. Dual dari (A B) (A ) = A adalah
        (A B) (A ) = A.




Prinsip Inklusi-Eksklusi

Untuk dua himpunan A dan B:

                        ½A È B½ = ½A½ + ½B½½A Ç B½                                                              

            ½A Å B½ = ½A½ +½B½ – 2½A Ç B½                                     


Contoh 24.  Berapa banyaknya bilangan bulat antara 1 dan 100 yang habis dibagi 3 atau 5?
Penyelesaian:
   A = himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 3,
   B = himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 5,
   A Ç B =  himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 3 dan 5 (yaitu himpunan bilangan bulat yang habis dibagi oleh KPK – Kelipatan Persekutuan Terkecil – dari 3 dan 5, yaitu 15),

yang ditanyakan adalah ½A È B½.

½A½ = ë100/3û  = 33,
½B½ = ë100/5û  = 20,
½A Ç B½ = ë100/15û  = 6

            ½A È B½ = ½A½ + ½B½  ½A Ç B½ = 33 + 20 – 6 = 47

Jadi, ada 47 buah bilangan yang habis dibagi 3 atau 5.                                                                                 

Untuk tiga buah himpunan A, B, dan C, berlaku

½A È B È C½ = ½A½ + ½B½ + ½C½  ½A Ç B½
      ½A Ç C½  ½B Ç C½ + ½A Ç B Ç C½   


Untuk himpunan A1, A2, …, Ar, berlaku:
                                               
½A1 È A2 ÈÈ Ar½ = ½Ai½½Ai Ç Aj½ +
½Ai Ç Aj Ç Ak½ + … +   
 (-1)r-1 ½A1 Ç A2 ÇÇ Ar½ 

Partisi
  • Partisi dari sebuah himpunan A adalah sekumpulan himpunan bagian tidak kosong A1, A2, … dari A sedemikian sehingga:
(a)                A1 È A2 È … = A, dan
(b)               Ai Ç Aj = Æ untuk i ¹ j  

Contoh 25. Misalkan A = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8}, maka { {1}, {2, 3, 4}, {7, 8}, {5, 6} } adalah partisi A. 

 

 

Himpunan Ganda

  • Himpunan yang elemennya boleh berulang (tidak harus berbeda) disebut himpunan ganda (multiset).
Contohnya, {1, 1, 1, 2, 2, 3}, {2, 2, 2}, {2, 3, 4}, {}.
  • Multiplisitas dari suatu elemen pada himpunan ganda adalah jumlah kemunculan elemen tersebut pada himpunan ganda.  Contoh: M = { 0, 1, 1, 1, 0, 0, 0, 1 }, multiplisitas 0 adalah 4.

  • Himpunan (set) merupakan contoh khusus dari suatu multiset, yang dalam hal ini multiplisitas dari setiap elemennya adalah 0 atau 1.

  • Kardinalitas dari suatu multiset didefinisikan sebagai kardinalitas himpunan padanannya (ekivalen), dengan mengasumsikan elemen-elemen di dalam multiset semua berbeda.

Operasi Antara Dua Buah Multiset:

Misalkan P dan Q adalah multiset:

1.      P Q adalah suatu multiset yang multiplisitas elemennya sama dengan multiplisitas maksimum elemen tersebut pada himpunan P dan Q.
     Contoh: P = { a, a, a, c, d, d } dan Q ={ a, a, b, c, c },
 P Q = { a, a, a, b,  c, c, d, d }


2.      P Q adalah suatu multiset yang multiplisitas elemennya sama dengan multiplisitas minimum elemen tersebut pada himpunan P dan Q.
     Contoh: P = { a, a, a, c, d, d } dan Q = { a, a, b, c, c }
 P Q = { a, a, c }


3.  P – Q adalah suatu  multiset yang multiplisitas elemennya sama dengan:
   multiplisitas elemen tersebut pada P dikurangi multiplisitasnya pada Q, jika selisihnya positif
          0, jika selisihnya nol atau negatif.
     Contoh: P = { a, a, a, b, b, c, d, d, e } dan Q = {  a, a, b, b, b, c,
                   c, d, d, f } maka PQ  = { a, e }


4.      P + Q, yang didefinisikan sebagai jumlah (sum) dua buah himpunan ganda, adalah suatu multiset yang multiplisitas elemennya sama dengan penjumlahan dari multiplisitas elemen tersebut pada P dan Q.
     Contoh: P = { a, a, b, c, c } dan Q = { a, b, b, d },
                  P + Q = { a, a, a, b, b, b, c, c, d }



Pembuktian Pernyataan Perihal Himpunan
·         Pernyataan himpunan adalah argumen yang menggunakan notasi himpunan.
·         Pernyataan dapat berupa:
1.      Kesamaan (identity)
Contoh: Buktikan “A Ç (B È C) = (A Ç B) È (A Ç C)”
2.      Implikasi
Contoh: Buktikan bahwa “Jika A Ç B = Æ dan A Í (B È C) maka selalu berlaku bahwa A Í C”.


1. Pembuktian dengan menggunakan diagram Venn

Contoh 26. Misalkan A, B, dan C adalah himpunan. Buktikan A Ç (B È C) = (A Ç B) È (A Ç C) dengan diagram Venn.
Bukti:








A Ç (B È C)                              (A Ç B) È (A Ç C)   

Kedua digaram Venn memberikan area arsiran yang sama.
Terbukti bahwa A Ç (B È C) = (A Ç B) È (A Ç C).       
                                   

·         Diagram Venn hanya dapat digunakan jika himpunan yang digambarkan tidak banyak jumlahnya.
·         Metode ini mengilustrasikan ketimbang membuktikan fakta. Diagram Venn  tidak dianggap sebagai metode yang valid untuk pembuktian secara formal. 

2. Pembuktikan dengan menggunakan tabel keanggotaan

Contoh 27. Misalkan A, B, dan C adalah himpunan. Buktikan bahwa A Ç (B È C) = (A Ç B) È (A Ç C). 

Bukti:

A
B
C
B È C
A Ç (B È C)
A Ç B
A Ç C
(A Ç B) È (A Ç C)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Karena kolom A Ç (B È C) dan kolom (A Ç B) È (A Ç C) sama, maka A Ç (B È C) = (A Ç B) È (A Ç C). 


3. Pembuktian dengan menggunakan aljabar himpunan.
Contoh 28. Misalkan A dan B himpunan. Buktikan bahwa (A Ç B) È (A Ç ) = A
Bukti:
(A Ç B) È (A Ç )  = A Ç (B È )            (Hukum distributif)
                             = A Ç U                 (Hukum komplemen)
                             = A                         (Hukum identitas)                                         
           
Contoh 29.  Misalkan A dan B himpunan. Buktikan bahwa A È (BA) = A È B
Bukti:
            A È (BA)  = A È (B Ç )  (Definisi operasi selisih)
                               = (A È B) Ç (A È )      (Hukum distributif)
                               = (A È B) Ç U                 (Hukum komplemen)
                               = A È B                            (Hukum identitas)                         

Contoh 30.  Buktikan bahwa untuk sembarang himpunan A dan B, bahwa
         (i)  A È ( Ç B) = A È B    dan
(ii)  A Ç ( È B) = A Ç B
Bukti:
(i)         A È ( Ç B)  = ( A È ) Ç (A Ç B)           (H. distributif)
                                         =  U Ç  (A Ç B)                 (H. komplemen)
                                         =  A È B                             (H. identitas)              

(ii)        adalah dual dari (i)
A Ç ( È B)  = (A Ç ) È  (A Ç B)           (H. distributif)
                                         = Æ  È  (A Ç B)                 (H. komplemen)
                                        =  A Ç B                              (H. identitas)              

           
4. Pembuktian dengan menggunakan definisi 
·         Metode ini digunakan untuk membuktikan pernyataan himpunan yang tidak berbentuk kesamaan, tetapi pernyataan yang berbentuk implikasi. Biasanya di dalam implikasi tersebut terdapat notasi himpunan bagian (Í atau Ì).

Contoh 31.  Misalkan A dan B himpunan. Jika A Ç B = Æ dan A Í (B È C) maka A Í C. Buktikan!
Bukti:
(i)       Dari definisi himpunan bagian, P Í Q jika dan hanya jika setiap x Î P juga Î Q. Misalkan x Î A. Karena A Í (B È C), maka dari definisi himpunan bagian, x juga Î (B È C).
Dari definisi operasi gabungan (È), x Î (B È C) berarti x Î B atau x Î C.
(ii)  Karena x Î A dan A Ç B = Æ, maka x Ï B

Dari (i) dan (ii), x Î C harus benar. Karena "x Î A juga berlaku x Î C, maka dapat disimpulkan A Í C . 

Tipe Set dalam Bahasa Pascal
·         Bahasa Pascal menyediakan tipe data khusus untuk himpunan, yang bernama set. Tipe set menyatakan himpunan kuasa dari tipe ordinal (integer, character).

    Contoh:

type
        HurufBesar = ‘A’..‘Z’;  { enumerasi }
        Huruf = set of HurufBesar;
     var
        HurufKu : Huruf;


Nilai untuk peubah HurufKu dapat diisi dengan pernyataan berikut:

            HurufKu:=[‘A’, ‘C’, ‘D’];
     HurufKu:=[‘M’];
     HurufKu:=[];         { himpunan kosong }

·         Operasi yang dapat dilakukan pada tipe himpunan adalah operasi gabungan, irisan, dan selisih seperti pada contoh berikut:

 {gabungan}
            HurufKu:=[‘A’, ‘C’, ‘D’] + [‘C’, ‘D’, ‘E’];

{irisan}
     HurufKu:=[‘A’, ‘C’, ‘D’] * [‘C’, ‘D’, ‘E’];

{selisih}
HurufKu:=[‘A’, ‘C’, ‘D’] - [‘C’, ‘D’, ‘E’];

  • Uji keanggotaan sebuah elemen di dalam himpunan dilakukan dengan menggunakan opeator in seperti contoh berikut:

            if ‘A’ in HurufKu then  ...
  • Di dalam kakas pemrograman Delphi, set sering digunakan untuk mengindikasikan flag. Misalnya himpunan icon untuk window:

type
       TBorderIcon=(biSystemMenu, biMinimize,
       biMaximaze);
       Huruf = set of TBoderIcon;