BAB I
JARINGAN KOMPUTER
1.1 Pengertian Jaringan Komputer
Jaringan komputer adalah ”interkoneksi” antara 2
komputer autonomous atau lebih, yang terhubung dengan media transmisi kabel
atau tanpa kabel (wireless).
|
Autonomous
adalah apabila sebuah komputer tidak melakukan control terhadap komputer lain
dengan akses penuh, sehingga dapat membuat komputer lain, restart, shutdows,
kehilangan file atau kerusakan sistem.
Dalam
defenisi networking yang lain autonomous dijelaskan sebagai jaringan yang
independent dengan manajemen sistem sendiri (punya admin sendiri), memiliki
topologi jaringan, hardware dan software sendiri, dan dikoneksikan dengan
jaringan autonomous yang lain. (Internet merupakan contoh kumpulanjaringan
autonomous yang sangat besar.)
Dua unit
komputer dikatakan terkoneksi apabila keduanya bisa saling bertukar
data/informasi, berbagi resource yang dimiliki, seperti: file, printer, media
penyimpanan (hardisk, floppy disk, cd-rom, flash disk, dll). Data yang berupa
teks, audio maupun video, bergerak melalui media kabel atau tanpa kabel
(wireless) sehingga memungkinkan pengguna komputer dalam jaringan komputer dapat saling bertukar file/data, mencetak pada printer yang sama dan
menggunakan hardware/software yang
terhubung dalam jaringan bersama-sama
Tiap komputer, printer atau periferal
yang terhubung dalam jaringan disebut dengan ”node”. Sebuah jaringan
komputer sekurang-kurangnya terdiri dari dua unit komputer atau lebih, dapat
berjumlah puluhan komputer, ribuan atau bahkan jutaan node yang saling
terhubung satu sama lain.
Didalam
jaringan komputer dikenal sistem koneksi antar node (komputer), yakni :
1.1.1 Peer to Peer
Peer artinya
rekan sekerja. Peer-to-peer network adalah jaringan komputer yang terdiri dari
beberapa komputer, terhubung langsung dengan kabel crossover atau wireless atau
juga dengan perantara hub/switch.
Komputer
pada jaringan peer to peer ini biasanya berjumlah sedikit dengan 1-2 printer.
Untuk penggunaan khusus, seperti laboratorium komputer, riset dan beberapa hal
lain, maka model peer to peer ini bisa saja dikembangkan untuk koneksi lebih
dari 10 hingga 100 komputer.
Peer to peer adalah suatu model dimana tiap PC dapat
memakai resource pada PC lain atau memberikan resourcenya untuk dipakai PC lain, Tidak ada yang bertindak sebagai
server yang mengatur sistem komunikasi dan penggunaan resource komputer yang
terdapat dijaringan, dengan kata lain setiap komputer dapat berfungsi sebagai
client maupun server pada periode yang sama.
|
Misalnya
terdapat beberapa unit komputer dalam satu departemen, diberi nama group sesuai
dengan departemen yang bersangkutan. Masing-masing komputer diberi alamat IP
dari satu kelas IP yang sama agar bisa saling sharing untuk bertukar data atau
resource yang dimiliki komputer masing-masing, seperti printer, cdrom, file dan
lain-lain.
![]() |
Gambar 1.1
Peer to peer
1.1.2 Client
– Server
Client
Server merupakan model jaringan yang menggunakan satu atau beberapa komputer
sebagai server yang memberikan resource-nya kepada komputer lain (client) dalam
jaringan, server akan mengatur mekanisme akses resource yang boleh digunakan,
serta mekanisme komunikasi antar node dalam jaringan.
Selain pada
jaringan lokal, sistem ini bisa juga diterapkan dengan teknologi internet.
Dimana ada suatu unit komputer) berfungsi sebagai server yang hanya memberikan
pelayanan bagi komputer lain, dan client yang juga hanya meminta layanan dari
server. Akses dilakukan secara transparan dari client dengan melakukan login
terlebih dulu ke server yang dituju.
Client hanya
bisa menggunakan resource yang disediakan server sesuai dengan otoritas yang
diberikan oleh administrator. Aplikasi yang dijalankan pada sisi client, bisa
saja merupakan resource yang tersedia di server. namun hanya bisa dijalankan
setelah terkoneksi ke server. Pada implementasi software splikasi yang
di-install disisi client berbeda dengan yang digunakan di server.
Jenis layanan Client-Server
antara lain :
1.
File Server : memberikan layanan fungsi pengelolaan file.
2.
Print Server : memberikan layanan fungsi pencetakan.
3.
Database Server : proses-proses fungsional mengenai
database dijalankan pada mesin ini dan stasiun lain dapat minta pelayanan.
4.
DIP (Document Information Processing) : memberikan
pelayanan fungsi penyimpanan, manajemen dan pengambilan data.

Gambar 1.2
Model Client-Server dengan sebuah Server yang berfungsi umum

Gambar 1.3.
Model Client-Server dengan Dedicated Server
1.1.3 Kelebihan jaringan peer to peer
·
Implementasinya murah dan mudah
·
Tidak memerlukan software administrasi jaringan yang
khusus
·
Tidak memerlukan administrator jaringan
1.1.4 Kekurangan jaringan peer to peer
·
Jaringan tidak bisa terlalu besar (tidak bisa memperbesar
jaringan)
·
Tingkat keamanan rendah
·
Tidak ada yang memanajemen jaringan
·
Pengguna komputer jaringan harus terlatih mengamankan
komputer masing-masing
·
Semakin banyak mesin yang disharing, akan mempengaruhi
kinerja komputer
1.1.5 Kelebihan jaringan client server
·
Mendukung keamanan jaringan yang lebih baik
·
Kemudahan administrasi ketika jaringan bertambah besar
·
Manajemen jaringan terpusat
·
Semua data bisa disimpan dan di backup terpusat di satu
lokasi
1.1.6 Kekurangan jaringan client server
·
Butuh administrator jaringan yang profesional
·
Butuh perangkat bagus untuk digunakan sebagai komputer
server
·
Butuh software tool operasional untuk mempermudah
manajemen jaringan
·
Anggaran untuk manajemen jaringan menjadi besar
·
Bila server down, semua data dan resource diserver tidak
bisa diakses
1.2
Jenis-Jenis
Jaringan
Secara umum
jaringan komputer terbagi menjadi 3
jenis jaringan yaitu :
1.2.1 Local Area Network (LAN)
Sebuah LAN,
adalah jaringan yang dibatasi oleh area yang relatif kecil, umumnya dibatasi
oleh area lingkungan, seperti sebuah kantor pada sebuah gedung, atau tiap-tiap
ruangan pada sebuah sekolah. Biasanya jarak antar node tidak lebih jauh dari
sekitar 200 m.

Gambar 1.4.
Local Area Network (LAN)
1.2.2 Metropolitan
Area Network (MAN)
Sebuah MAN,
biasanya meliputi area yang lebih besar dari LAN, misalnya antar gedung dalam
suatu daerah (wilayah seperti propinsi atau negara bagian). Dalam hal ini
jaringan menghubungkan beberapa buah jaringan kecil ke dalam lingkungan area
yang lebih besar, sebagai contoh yaitu: jaringan beberapa kantor cabang sebuah
bank didalam sebuah kota besar yang dihubungkan antara satu dengan lainnya.

Gambar 1.5.
Metropolitan Area Network
1.2.3 Wide
Area Network (WAN)
Wide Area
Network (WAN) adalah jaringan yang biasanya sudah menggunakan media wireless,
sarana satelit ataupun kabel serat optic, karena jangkauannya yang lebih luas,
bukan hanya meliputi satu kota atau antar kota dalam suatu wilayah, tetapi
mulai menjangkau area/wilayah otoritas negara lain.
Sebagai
contoh jaringan komputer kantor City Bank yang ada di Indonesiaataupun yang ada
di negara lain, yang saling berhubungan, jaringan ATMMaster Card, Visa Card
atau Cirrus yang tersebar diseluruh dunia dan lain-lain.
Biasanya WAN
lebih rumit dan sangat kompleks
bila dibandingkan LANmaupun MAN. Menggunakan banyak sarana untuk menghubungkan
antara LAN dan WAN kedalam komunikasi global seperti internet, meski demikian
antara LAN, MAN dan WAN tidak banyak berbeda dalam beberapa hal, hanya lingkup
areanya saja yang berbeda satu diantara yang lainnya.

Gambar 1.6.
Wide Area Network
Tabel 1.1.
Interkoneksi berdasarkan jarak antar node
Distance Between
CPUs
|
Location of CPUs
|
Name
|
0.1 m
|
Printed Circuit Board
|
Motherboard Personal Area Network (PAN)
|
1.0 m
|
Milimeter Mainframe
|
Computer System Network
|
10 m
|
Room
|
Local Area Network (LAN)
Your Classroom
|
100 m
|
Building
|
Local Area Network (LAN)
Your School
|
1000 m = 1 km
|
Campus
|
Local Area Network (LAN)
Stanford University
|
100,000 m = 100 km
|
Country
|
Wide Area Network (LAN)
Cisco System
|
1,000,000 m = 1,000 km
|
Continent
|
Wide Area Network (LAN)
Africa
|
10,000,000 m = 10,000 km
|
Planet
|
Wide Area Network (LAN)
The Internet
|
100,000,000 m = 100,000 km
|
Earth-moon system
|
Wide Area Network (LAN)
Earth – Satelites
|
Nilai-nilai
yang terdapat pada tabel diatas, bukan merupakan nilai mutlak bagi jarak yang
menghubungkan antar komputer, karena jarak tersebut bisa saja lebih pendek
tergantung kondisi area suatu wilayah.
BAB II
MENGENAL HARDWARE
DAN TOPOLOGI
JARINGAN KOMPUTER
2.1 Hardware
Jaringan
Membangun
suatu jaringan, baik itu bersifat LAN (Local Area Network) maupun WAN (Wide
Area Network), kita membutuhkan media baik hardware maupun software. Beberapa
media hardware yang penting didalam membangun suatu jaringan, seperti: kabel
atau perangkat Wi-Fi, ethernet card, hub atau switch, repeater, bridge atau
router, dll.
2.1.1 Kabel
Ada beberapa
tipe (jenis) kabel yang banyak digunakan dan menjadi standar dalam penggunaan
untuk komunikasi data dalam jaringan komputer. Kabel- kabel ini sebelumnya
harus lulus uji kelayakan sebelum dipasarkan dan digunakan.
Perlu diingat bahwa hampir 85% kegagalan yang terjadi
pada jaringan komputer disebabkan karena adanya kesalahan pada media
komunikasi yang digunakan termasuk kabel dan konektor serta kualitas
pemasangannya. Kegagalan lainnya bisa disebabkan faktor teknis dan kondisi
sekitar.
|
Setiap jenis
kabel mempunyai kemampuan dan spesifikasinya yang berbeda, oleh karena itu
dibuatlah pengenalan tipe kabel. Ada dua jenis kabel yang dikenal secara umum
dan sering dipakai untuk LAN, yaitu coaxial dan twisted pair (UTP unshielded
twisted pair dan STP shielded twisted pair) .
2.1.1.1 Coaxial Cable
Dikenal dua
jenis tipe kabel koaksial yang dipergunakan buat jaringan komputer, yaitu:
·
thick coax (mempunyai diameter lumayan besar) dan
·
thin coax (mempunyai diameter lebih kecil).
2.1.1.1.1 Thick coaxial cable (kabel koaksial “gemuk”)
Kabel
coaxial jenis ini dispesifikasikan berdasarkan standar IEEE 802.3 - 10BASE5,
dimana kabel ini mempunyai diameter rata-rata 12mm. Kabel jenis ini biasa
disebut sebagai standard ethernet atau thick ethernet, atau hanya disingkat
ThickNet, atau bahkan cuma disebut sebagai yellow cable karena warnanya yang
kuning.
Kabel Coaxial ini jika
digunakan dalam jaringan mempunyai spesifikasi dan aturan sebagai berikut::
·
Setiap ujung harus diterminasi dengan terminator 50-ohm
(dianjurkan menggunakan terminator yang sudah dirakit, bukan menggunakan satu
buah resistor 50 ohm 1 watt, sebab resistor mempunyai disipasi tegangan yang
lumayan lebar).
·
Maksimum 3 segment dengan tambahan peralatan (attached
devices, seperti repeater) atau berupa populated segments (seperti bridge).
·
Setiap kartu jaringan mempunyai kemampuan penguat sinyal
(external transceiver).
·
Setiap segment maksimum berisi 100 perangkat jaringan,
termasuk dalam hal ini repeaters.
·
Maksimum panjang kabel per segment adalah 1.640 feet
(sekitar 500m).
·
Maksimum jarak antar segment adalah 4.920 feet (atau
sekitar 1500 meter) dan setiap segment harus diberi ground.
·
Jarak maksimum antara tap atau pencabang dari kabel utama
ke perangkat (device) adalah 16 feet (sekitar 5 meter).
·
Jarak minimum antar tap adalah 8 feet (sekitar 2,5 meter).
2.1.1.1.2 Thin coaxial cable (kabel koaksial “kurus”)
Kabel
coaxial jenis ini banyak dipergunakan di kalangan radio amatir, terutama untuk
transceiver yang tidak memerlukan output daya yang besar. Jenis yang banyak
digunakan RG-8 atau RG-59 dengan impedansi 75 ohm. Jenis kabel untuk televisi
juga termasuk jenis coaxial dengan impedansi 75 ohm.
Namun untuk
perangkat jaringan, kabel jenis coaxial yang dipergunakan adalah (RG-58) yang
telah memenuhi standar IEEE 802.3 - 10BASE2, dimana diameter rata-rata berkisar
5 mm dan biasanya berwarna hitam.
Setiap
perangkat (device) dihubungkan dengan BNC T-connector. Kabel jenis ini juga
dikenal sebagai thin Ethernet atau ThinNet. Kabel coaxial jenis ini, misalnya
jenis RG-58 A/U atau C/U, jika di-implementasikan dengan T-connector dan
terminator dalam sebuah jaringan, harus mengikuti aturan sebagai berikut:
·
Pada topologi bus, setiap ujung kabel diberi terminator
50-ohm.
·
Panjang maksimal kabel adalah 606.8 feet (185 meter) per
segment.
·
Setiap segment maksimum terkoneksi sebanyak 30 perangkat
jaringan (devices)
·
Kartu jaringan sudah menggunakan transceiver yang
onboard, tidak perlu tambahan transceiver, kecuali untuk repeater.
·
Maksimum ada 3 segment terhubung satu sama lain
(populated segment) dengan pengubung repeater 185 x 3 = 555 meter.
·
Setiap segment sebaiknya dilengkapi 1 ground.
·
Panjang minimum antar T-Connector adalah 1,5 feet (0.5
meter).

Gambar 2.1.
Kabel koaxial yang telah dipasang konektor, terminator dan BNC T

Gambar 2.2.
Model jaringan Ethernet BUS
2.1.1.2
Twisted Pair Cable
Selain kabel
koaksial, Ethernet juga dapat menggunakan jenis kabel lain yakni UTP
(Unshielded Twisted Pair) dan Shielded Twisted Pair (STP). Kabel UTP atau STP
yang biasa digunakan adalah kabel yang terdiri dari 4 pasang kabel yang
terpilin.
Dari 8 buah
kabel yang ada pada kabel ini, hanya digunakan 4 buah saja yang digunakan untuk
dapat mengirim dan menerima data (Ethernet).
Perangkat-perangkat
lain yang berkenaan dengan penggunaan jenis kabel ini adalah konektor RJ-45 dan
HUB.

Gambar 2.3.
Kabel UTP (katagori 5) dan konektor RJ-45
Standar
EIA/TIA 568 menjelaskan spesifikasi kabel UTP sebagai aturan dalam instalasi
jaringan komputer. EIA/TIA menggunakan istilah kategori untuk membedakan
beberapa tipe kabel UTP, Kategori untuk twisted pair yaitu:
Tabel 2.1.
Tipe kabel UTP

Sumber:
http://www.glossary-tech.com/cable.htm dan
http://www.firewall.cx/cabling_utp.php
Pemberian kategori 1/2/3/4/5/6/7 merupakan kategori
spesifikasi untuk masing-masing kabel tembaga dan juga untuk jack.
Masing-masing merupakan seri revisi atas kualitas kabel, kualitas
pembungkusan kabel (isolator) dan juga untuk kualitas “belitan” (twist)
masing-masing pasang kabel. Selain itu juga untuk menentukan besaran
frekuensi yang bisa lewat pada sarana kabel tersebut, dan juga kualitas
isolator sehingga bisa mengurangi efek induksi antar kabel (noise bisa
ditekan sedemikian rupa).
Perlu diperhatikan juga, spesifikasi antara CAT5 dan
CAT5enchanced mempunyai standar industri yang sama, namun pada CAT5e sudah
dilengkapi dengan insulator untuk mengurangi efek induksi atau
electromagnetic interference. Kabel CAT5e bisa digunakan untuk menghubungkan
network hingga kecepatan 1Gbps.
|

Gambar 2.4.
Konektor RJ-45 dan cara membedakannya
Ada dua
jenis pemasangan kabel UTP yang umum digunakan pada jaringan lokal, ditambah
satu jenis pemasangan khusus untuk cisco router, yakni:
·
Straight Through Cable
·
Cross Over Cable dan
·
Roll Over Cable
2.1.1.2.1 Straight Through Cable
Untuk
pemasangan jenis ini, biasanya digunakan untuk menghubungkan beberapa unit
komputer melalui perantara HUB / Switch yang berfungsi sebagai konsentrator
maupun repeater.

Gambar 2.5.
Straight Through Cable T568B
Penggunaan
kabel UTP model straight through pada jaringan local biasanya akan membentuk
topologi star (bintang) atau tree (pohon) dengan HUB/switch sebagai pusatnya.
Jika sebuah HUB/switch tidak berfungsi, maka seluruh komputer yang terhubung
dengan HUB tersebut tidak dapat saling berhubungan.
Penggunaan
HUB harus sesuai dengan kecepatan dari Ethernet card yang digunakan pada
masing-masing komputer. Karena perbedaan kecepatan pada NIC dan HUB berarti
kedua perangkat tersebut tidak dapat saling berkomunikasi secara maksimal.

Gambar 2.6.
Pemasangan Straight Through Cable dengan HUB
Penggunaan Straight Through Cable
·
PC → Hub
·
PC →Switch
·
Hub → Hub
·
Switch →Router
2.1.1.2.2
Cross Over Cable
Berbeda
dengan pemasangan kabel lurus (straight through), penggunaan kabel menyilang
ini digunakan untuk komunikasi antar komputer (langsung tanpa HUB), atau dapat juga
digunakan untuk meng-cascade HUB jika diperlukan. Sekarang ini ada beberapa
jenis HUB yang dapat di-cascade tanpa harus menggunakan kabel menyilang (cross
over), tetapi juga dapat menggunakan kabel lurus.

Gambar 2.7.
Cross Over Cable dan penggunaannya
Penggunaan Cross Over Cable
·
PC → PC
·
Switch → Swicth
·
Switch → Hub
2.1.1.2.3
Roll-Over Cable
Pada sistem
CISCO, ada satu cara lain pemasangan kabel UTP, yang digunakan
untuk menghubungkan sebuah terminal (PC) dan modem ke console Cisco Router atau
console switch managible, cara ini disebut dengan Roll-Over. Kabel Roll-Over
tersebut sebelumnya terkoneksi dengan DB-25 atau DB-9 Adapter sebelum ke
terminal (PC).
Anda dapat
mengenali sebuah kabel roll-over dengan melihat ke dua ujung kabel. Dimana
warna kabel dari sisi yang satu akan berbalik pada sisi kabel di ujung yang
lain. Misalnya kabel putih orange yang berada pada pin 1 ujung kabel A, akan
berada pada pin 8 ujung kabel B.

Gambar 2.8.
RollOver Cable dari console switch ke PC

Gambar 2.9.
Cara melihat Roll-Over Cable

Gambar 2.10.
Koneksi Console Terminal

Gambar 2.11.
Koneksi Auxiliry port router cisco ke modem

Gambar 2.12.
RJ-45 to DB-25 Adapter
Tabel
2.2. Hubungan antar pin RJ-45 untuk
pemasangan kabel Roll-over

Penggunaan kabel rolover
·
PC → console router
·
PC → console switch managible
·
Router → modem
2.1.1.3
Fiber Optic Cable
Kabel yang
memiliki inti serat kaca sebagai saluran untuk menyalurkan sinyal antar
terminal, sering dipakai sebagai saluran BACKBONE karena kehandalannya yang
tinggi dibandingkan dengan coaxial cable atau kabel UTP. Karakteristik dari
kabel ini tidak terpengaruh oleh adanya cuaca dan panas.

Gambar 2.13.
Konektor dan kabel Fiber Optic

Gambar 2.14.
Lapisan kabel fiber optic
2.1.1.3.1
Kemampuan Kabel Serat Optik (FO)
Fiber optik
menunjukkan kualitas tinggi untuk berbagai macam aplikasi, hal ini di sebabkan:
·
Dapat mentransmisi bit rate yg tinggi,
·
Tidak sensitif pada gangguan elektromagnetik
·
Memiliki Bit Error Rate (kesalahan) kecil
·
Reliabilitas lebih baik dari kabel koaksial
2.1.1.3.2. Kondisi & tempat pemasangan kabel FO
·
Di wilayah kota, terdapat banyak lekukan dan saluran yang
biasanya dipenuhi oleh kabel lain, sehingga pemasangan infrastruktur baru
selalu dibuat dalam jumlah kecil, sehingga radius belokan fiber dan kabel
diusahakan tetap kecil.
·
Kabel terpasang dalam bermacam-macam kondisi, seperti: di
luar, dibawah tanah, di udara, dalam ruangan. Konsekuensinya banyak kondisi
termal, mekanikal dan tekanan lain yang harus diterima.
·
Hindari kondisi banyaknya penyambungan, sehingga tidak
memerlukan teknisi yang terlatih dan persiapan yang mudah.
·
Jangan sampai terjadi banyak tekukan & kebocoran
jacket pelindung yang bisa menyebabkan kebocoran Cahaya
·
Biaya jalur koneksi global harus menjadi lebih rendah.

Gambar 2.15.
contoh kebocoran cahaya akibat kesalahan pemasangan dan penyambungan kabel FO
Berikut ini merupakan tabel
standarisasi kabel dari IEEE untuk kabel jenis coaxial, UTP/STP maupun Fiber
Optic
Tabel 2.3.
Tipe Standarisasi Kabel 1

Tabel 2.4.
Tipe Standarisasi Kabel 2

2.1.2
Ethernet Card /Network Interface Card (Network Adapter)
Cara kerja Ethernet Card berdasarkan broadcast network
yaitu setiap node dalam suatu jaringan menerima setiap transmisi data yang
dikirim oleh suatu node yang lain. Setiap Ethernet card mempunyai alamat
sepanjang 48 bit yang dikenal sebagai Ethernet address (MAC Address).
Alamat tersebut telah ditanam ke dalam setiap rangkaian
kartu jaringan (NIC) yang dikenali sebagai ‘Media Access Control’ (MAC) atau
lebih dikenali dengan istilah ‘hardware address’. 24 bit atau 3 byte awal
merupakan kode yang telah ditentukan oleh IEEE.
|

Gambar 2.16.
Pembagian bit pada MAC Address.

Gambar 2.17.
Cara melihat MAC Address, dari Local Area Connection

Gambar 2.18.
Cara melihat MAC Address, dari shell DOS dengan mengetik ipconfig /all pada SO
Windows.
Kartu
jaringan Ethernet biasanya dibeli terpisah dengan komputer, kecuali network
adapter yang sudah onboard. Komputer Macintosh juga sudah mengikutkan kartu
jaringan ethernet didalamnya. Kartu Jaringan Ethernet model 10Base umumnya
telah menyediakan port koneksi untuk kabel coaxial ataupun kabel twisted
pair, jika didesain
untuk kabel coaxial konektornya adalah BNC, dan bila didesain untuk
kabel twisted pair maka akan punya port konektor RJ-45. Beberapa kartu jaringan
ethernet kadang juga punya konektor AUI. Semua itu dikoneksikan dengan coaxial, twisted pair, ataupun dengan kabel
fiber optik.

Gambar 2.19.
Network Interface card (dari atas ke bawah konektor RJ-45, konektor AUI, dan
konektor BNC
2.1.3 Hub
dan Switch (Konsentrator)
Sebuah konsentrator (Hub atau switch) adalah sebuah
perangkat yang menyatukan kabel-kabel network dari tiap workstation,
server atau perangkat lain. Dalam topologi bintang, kabel
twisted pair datang dari sebuah workstation masuk kedalam hub atau switch.
|
Hub dan
switch mempunyai banyak lubang port RJ-45 yang dapat dipasang konektor RJ-45 dan
terhubung ke sejumlah komputer. Beberapa jenis hub dapat dipasang bertingkat
(stackable) hingga 4 susun. Biasanya hub maupun switch memiliki jumlah lubang
sebanyak 4 bh, 8 bh, 16 bh, hingga 24 bh.

Gambar 2.20.
Beberapa komputer yang terhubung melalui sebuah hub
Switch
merupakan konsentrator yang memiliki kemampuan manajemen traffic data lebih
baik bila dibandingkan hub. Saat ini telah terdapat banyak tipe switch yang
managible, selain dapat mengatur traffic data, juga dapat diberi IP Address.
2.1.4 Repeater
Fungsi utama repeater yaitu untuk memperkuat sinyal
dengan cara menerima sinyal dari suatu segmen kabel LAN lalu memancarkan
kembali dengan kekuatan yang sama dengan sinyal asli pada segmen kabel yang
lain. Dengan cara ini jarak antara kabel dapat diperjauh.
|
Penggunaan
repeater antara dua segmen atau lebih segmen kabel LAN mengharuskan penggunaan
protocol physical layer yang sama antara segmen-segmen kebel tersebut misalnya
repeater dapat menghubungkan dua buah segmen kabel Ethernet 10BASE2.

Gambar 2.21.
Penggunaan repeater antara dua segmen
2.1.5 Bridge
Fungsi dari bridge itu sama dengan fungsi repeater tapi
bridge lebih fleksibel dan lebih cerdas dari pada repeater. Bridge dapat
menghubungkan jaringan yang menggunakan metode transmisi yang berbeda.
Misalnya bridge dapat menghubungkan Ethernet baseband dengan Ethernet
broadband.
|
Bridge mampu
memisahkan sebagian dari trafik karena mengimplementasikan mekanisme frame
filtering. Mekanisme yang digunakan di bridge ini umum disebut sebagai store
and forward. Walaupun demikian broadcast traffic yang dibangkitkan dalam LAN
tidak dapat difilter oleh bridge.
Terkadang
pertumbuhan network sangat cepat makanya
di perlukan jembatan untuk itu. Kebanyakan Bridges dapat mengetahui
masing-masing alamat dari tiap-tiap segmen komputer pada jaringan sebelahnya
dan juga pada jaringan yang lain di sebelahnya
pula.
Diibaratkan bahwa Bridges ini seperti polisi
lalulintas yang mengatur
dipersimpangan jalan pada
saat jam-jam sibuk. Dia mengatur
agar informasi di antara kedua sisi network tetap jalan dengan baik dan
teratur.
Bridges juga dapat digunakan untuk mengkoneksi network
yang menggunakan tipe kabel yang berbeda ataupun topologi yang berbeda pula.
Bridges dapat mengetahui alamat masing-masing komputer di masing-masing sisi
jaringan.
|

Gambar 2.22.
Bridges yang digunakan untuk mengkoneksi 2 segmen
2.1.6 Router
Sebuah Router mampu mengirimkan data/informasi dari
satu jaringan ke jaringan lain yang berbeda, router hampir sama dengan
bridge, meski tidak lebih pintar dibandingkan bridge, namun pengembangan
perangkat router dewasa ini sudah mulai mencapai bahkan melampaui batas
tuntutan teknologi yang diharapkan.
|
Router akan
mencari jalur terbaik untuk mengirimkan sebuah pesan yang berdasarkan atas
alamat tujuan dan alamat asal. Router mengetahui alamat masing-masing komputer
dilingkungan jaringan lokalnya, mengetahui alamat bridges dan router
lainnya.

Gambar 2.23.
Cisco Router persfektif dari belakang
Router juga
dapat mengetahui keseluruhan jaringan dengan melihat sisi mana yang paling
sibuk dan bisa menarik data dari sisi yang sibuk tersebut sampai sisi tersebut
bersih/clean.
Jika sebuah
perusahaan mempunyai LAN dan menginginkan terkoneksi ke internet, maka mereka
sebaiknya membeli dan menggunakan router,
mengapa ?
Karena kemampuan yang dimiliki router, diantaranya:
1.
router
dapat menterjemahkan informasi diantara LAN anda dan internet
2.
router
akan mencarikan alternatif jalur yang terbaik untuk mengirimkan data melewati
internet
3.
mengatur
jalur sinyal secara effisien dan dapat mengatur data yang mengalir diantara
dua buah protocol
4.
dapat
mengatur aliran data diantara topologi jaringan linear Bus dan Star
5.
dapat
mengatur aliran data melewati kabel fiber optic, kabel koaksial ataukabel
twisted pair.
|

Gambar 2.24.
Simbol Network Device
2.2 Topologi
Jaringan
Topologi jaringan atau arsitektur jaringan adalah
gambaran perencanaan hubungan antar komputer dalam Local Area Network, yang
umumnya menggunakan kabel (sebagai media transmisi), dengan konektor,
ethernet card dan perangkat pendukung lainnya.
|
Ada beberapa jenis topologi
yang sering terdapat pada hubungan komputer pada jaringan local area, seperti:
2.2.1
Topologi Bus
Topologi ini
merupakan bentangan satu kabel yang kedua ujungnya ditutup, dimana sepanjang
kabel terdapat node-node. Signal dalam kabel dengan topologi ini dilewati satu
arah sehingga memungkinkan sebuah collision terjadi.
Keuntungan:
·
murah, karena tidak memakai banyak media, kabel yang
dipakai sudah umum (banyak tersedia dipasaran)
·
setiap komputer dapat saling berhubungan langsung.
Kerugian:
·
Sering terjadi hang / crass talk, yaitu bila lebih dari
satu pasang memakai jalur diwaktu yang sama, harus bergantian atau ditambah
relay.
2.2.2 Topologi Ring
Topologi
jaringan yang berupa lingkaran tertutup yang berisi node-node. Signal mengalir
dalam dua arah sehingga dapat menghindarkan terjadinya collision, sehingga
memungkinkan terjadinya pergerakan data yang sangat cepat.
Semua
komputer saling tersambung membentuk lingkaran (seperti bus tetapi ujung-ujung
bus disambung). Data yang dikirim diberi address tujuan sehingga dapat menuju komputer yang
dituju. Tiap stasiun (komputer) dapat diberi repeater (transceiver) yang
berfungsi sebagai:
·
Listen State
Tiap bit
dikirim kembali dengan mengalami delay waktu.
·
Transmit State
Bila bit
yang berasal dari paket lebih besar dari ring maka repeater akan mengembalikan
ke pengirim. Bila terdapat beberapa paket dalam ring, repeater yang tengah
memancarkan, menerima bit dari paket yang tidak dikirimnya harus menampung dan
memancarkan kembali.
·
Bypass State
Berfungsi
untuk menghilangkan delay waktu dari stasiun yang tidak aktif.
Keuntungan:
·
Kegagalan koneksi akibat gangguan media, dapat diatasi
dengan jalur lain yang masih terhubung.
·
Penggunaan sambungan point to point membuat transmission
error dapat diperkecil
Kerugian:
·
Data yang dikirim bila melalui banyak komputer, transfer
data menjadi lambat.
2.2.3 Topologi Star
Karakteristik
dari topologi jaringan ini adalah node (station) berkomunikasi langsung dengan
station lain melalui central node (hub/switch), traffic data mengalir dari node
ke central node dan diteruskan ke node (station) tujuan.
Jika salah satu segmen kabel
putus, jaringan lain tidak akan terputus.
Keuntungan:
·
Akses ke station lain (client atau server) cepat
·
Dapat menerima workstation baru selama port di
centralnode (hub/switch) tersedia.
·
Hub/switch bertindak sebagai konsentrator.
·
Hub/switch dapat disusun seri (bertingkat) untuk menambah
jumlah station yang terkoneksi di jaringan.
·
User dapat lebih banyak dibanding topologi bus, maupun
ring.
Kerugian:
Bila traffic
data cukup tinggi dan terjadi collision, maka semua komunikasi akan ditunda,
dan koneksi akan dilanjutkan/dipersilahkan dengan cara random, apabila
hub/switch mendetect tidak ada jalur yang sedang dipergunakan oleh node lain.
2.2.4 Topologi Tree / Hierarchical (Hirarki)
Tidak semua
stasiun mempunyai kedudukan yang sama. Stasiun yang kedudukannya lebih tinggi
menguasai stasiun dibawahnya, sehingga jaringan sangat tergantung dengan
stasiun yang kedudukannya lebih tinggi (hierarchical topology) dan kedudukan
stasiun yang sama disebut peer topology.
2.2.5 Topologi Mesh dan Full Connected
Topologi
jaringan ini menerapkan hubungan antar sentral secara penuh. Jumlah saluran
harus disediakan untuk membentuk jaringan Mesh adalah jumlah sentral dikurangi
1 (n-1, n = jumlah sentral). Tingkat kerumitan jaringan sebanding dengan
meningkatnya jumlah sentral yang terpasang. Dengan demikian disamping kurang
ekonomis juga relatif mahal dalam pengoperasiannya.
Topologi
mesh ini merupakan teknologi khusus (ad hock) yang tidak dapat dibuat dengan
pengkabelan, karena sistemnya yang rumit, namun dengan teknologi wireless
topologi ini sangat memungkinkan untuk diwujudkan (karena dapat dipastikan
tidak akan ada kabel yang berseliweran).
Biasanya
untuk memperkuat sinyal transmisi data yang dikirimkan, ditengah-tengah (area)
antar komputer yang kosong di tempatkan perangkat radio (air point) yang
berfungsi seperti repeater untuk memperkuat sinyal sekaligus bisa mengatur arah
komunikasi data yang terjadi.
2.2.6 Topologi Hybrid
Topologi ini
merupakan topologi gabungan dari beberapa topologi yang ada, yang bisa
memadukan kinerja dari beberapa topologi yang berbeda, baik berbeda sistem
maupun berbeda media transmisinya.

Gambar 2.25.
Beberapa jenis topologi
2.3 Teknik
Penyaluran Sinyal
Komunikasi
data antar komputer dalam topologi jaringan memerlukan teknik penyaluran sinyal
agar data yang terkirim sesuai keadaan yang sebenarnya atau sesuai keinginan.
Secara detail tentang bagaimana sinyal-sinyal tersebut terkirim, tidak kita
bahas pada buku ini, karena memerlukan referensi tersendiri dan pengetahuan
mendalam tentang teknologi analog maupun digital.
Namun secara
singkat dapat diuraikan bahwa teknik penyaluran sinyal menunjukkan cara
penyaluran sinyal dalam saluran media transmisi, dengan menggunakan teknik:
Baseband
Menggunakan sinyal
digi tal . Transmisi yang digunakan bersifat bidirectional dan dipakai
hanya untuk topologi bus yang
jangkauannya pendek. Media yang digunakan kabel coaxial (50 ohm),
dengan spesifikasi IEEE 802.3 (Ethernet), bila inti kabel coaxial berdiameter
0.4 inch dan data rate 10 Mbps, maka dengan perangkat ini kita dapat
menjangkau jarak 500 m (dikenal dengan sebutan 10BASE5). Untuk jarak yang
lebih jauh dapat digunakan repeater.
Broadband
Menggunakan sinyal
analog dengan Frequency Division Mul t iplexing (FDM). Spektrum media
transmisi dapat dibagi sesuai keperluan, jarak yang dijangkau lebih jauh
dibanding baseband dan mendukung topologi tree.
|
Broadband
merupakan hubungan undirectional yang penuh, yang mengharuskan ada dua saluran
data. Semua stasiun mengirim sinyal melalui inbound dan menerima sinyal dari
saluran outbound dengan cara :
·
Memakai dua kabel terpisah (dual cable), atau
·
Memakai satu kabel dengan frekuensi modulasi berbeda
(split)
·
Memakai media transmisi kabel coaxial 75 ohm dan data
selalu dimodulasi terlebih dahulu, lebih baik dari baseband karena dapat
mengirimkan voice dan video secara bersamaan.
2.4 Prinsif Penyaluran Sinyal
Transmisi
pada Local Area Network hingga Wide Area network dapat dibagi ke dalam tiga
kategori utama, yaitu : unicast, multicast dan broadcast yang masing-masing
akan kita bahas berikut ini :
2.4.1 Unicast
Unicast
merupakan transmisi jaringan point to point (one to one). Ketika digunakan,
satu sistem tunggal hanya mencoba berkomunikasi dengan satu sistem lainnya.
Jaringan point to point biasanya digunakan pada jaringan yang besar, dengan
menghubungkan jaringan lokal ke jaringan lain melalui satu titik akses point.

Gambar 2.26
Koneksi jaringan point to point menggunakan teknologi wireless (microwave 15
GHz)
Bila satu
paket data akan dikirimkan ke mesin (node) lain dijaringan yang lain, maka
paket tersebut harus melewati satu atau lebih node yang lain yang berfungsi
sebagai perantara. Node perantara ini dapat juga merupakan komputer gateway
yang berfungsi sebagai gerbang keluar masuknya paket data dari satu jaringan ke
jaringan yang lain.
Pada
jaringan Ethernet, penggunaan unicast dapat diketahui dengan melihat MAC
Address asal dan tujuan yang merupakan alamat host yang unik. Pada jaringan
yang menggunakan IP, alamat IP asal dan tujuan merupakan alamat yang unik
(tidak akan sama satu dengan yang lain).
Ketika
sistem berhubungan dengan frame jaringan, ia akan selalu memeriksa MAC Address
miliknya untuk melihat apakah frame tersebut ditujukan untuk dirinya, Jika MAC
Address-nya cocok dengan sistem tujuan, maka ia akan memprosesnya. Jika tidak,
frame tersebut akan diabaikan

Gambar 2.27.
Pengiriman Packet data ke Unicast Address
Ingat…!!!,
ketika dihubungkan ke hub, semua sistem dapat melihat semua frame yang
dikirimkan melalui jaringan, karena mereka semua bagian dari collision domain
yang sama.
2.4.2 Multicast
Multicast
merupakan transmisi yang dimaksudkan untuk banyak tujuan, tetapi tidak harus
semua host. Oleh karena itu, multicast dikenal sebagai metode tranmisi one to
many (satu kebanyak) atau jaringan point to multipoint.

Gambar 2.28
Koneksi jaringan point to multipoint menggunakan teknologi wireless (wi-fi 2,4 GHz)
Multicast
digunakan dalam kasus-kasus tertentu, misalnya ketika sekelompok komputer perlu
menerima transmisi tertentu. Salah satu contohnya adalah streaming audio atau
video. Misalkan banyak komputer ingin menerima transmisi video pada waktu yang
bersamaan. Jika data tersebut dikirimkan ke setiap komputer secara individu,
maka diperlukan beberapa aliran data. Jika data tersebut dikirimkan sebagai
broadcast, maka tidak perlu lagi proses untuk semua system. Dengan multicast
data tersebut hanya dikirim sekali, tetapi diterima oleh banyak system.
Protokol-protokol
tertentu menggunakan range alamat khusus untuk multicast. Sebagai contoh,
alamat IP dalam kelas D telah direservasi untuk keperluan multicast. Jika semua
host perlu menerima data video, mereka akan menggunakan alamat IP multicast
yang sama. Ketika mereka menerima paket yang ditujukan ke alamat tersebut,
mereka akan memprosesnya.

Gambar 2.29
Pengiriman packet data ke alamat multicast
Ingat…!!!,
bahwa setiap NIC selain memiliki MAC Address (dari vendor pembuat ethernet card
atau network adapter), ia juga memiliki alamat IP sendiri-sendiri, selain itu
mereka juga mendengarkan alamat multicast mereka. Dalam teknologi pengiriman
data SMS (Short Message Service) antar pengguna telephone selular, teknik
multicast ini digunakan untuk menjelaskan bagaimana sebuah pesan yang
dikirimkan dari satu ponsel dapat diterima oleh banyak ponsel lain (dari satu
operator atau berbeda operator), atau juga sebuah pesan yang dikirimkan oleh
operator selular yang biasanya berupa info layanan, berita, iklan dll, akan
diterima oleh banyak ponsel lain dalam satu jaringan atau area layanan operator
selular tersebut.
2.4.3 Broadcast
Jenis
transmisi jaringan yang terakhir adalah broadcast, yang juga dikenal sebagai
metode transmisi one to all (satu kesemua). Sistem broadcast juga dapat
digunakan untuk menjelaskan bila ada paket-paket data yang dikirimkan dari satu
mesin akan diterima oleh mesin-mesin lainnya dalam satu jaringan atau subnet
jaringan lainnya. Pada jaringan Ethernet, broadcast dikirim ke alamat tujuan
khusus, yaitu, FF-FF-FF-FF-FF-FF-FF atau dengan oktet terakhir berisi bit
11111111. Broadcast ini harus diproses oleh semua host yang berada dalam
broadcast domain yang ditentukan.

Gambar 2.30
Pengiriman packet data ke alamat broadcast
Field alamat
pada sebuah paket berisi keterangan tentang kepada siapa paket itu dialamatkan.
Saat menerima sebuah paket, mesin akan men-cek field alamat, bila alamat
tersebut ditujukan untuk dirinya, maka paket tersebut akan diterima, namun bila
alamat tersebut bukan ditujukan buat dirinya, maka paket tersebut akan
diabaikan. Walaupun broadcast cenderung membuang resource, beberapa protokol
seperti ARP, sangat bergantung kepadanya, dengan demikian, terjadinya beberapa
traffic broadcast tidak dapat dihindari.
2.4.4 Broadcast ICMP
Cara
termudah untuk mengetahui host yang hidup pada sebuah target jaringan adalah dengan
mengirimkan ICMP echo request ke broadcast address pada target jaringan
tersebut. Sebuah permintaan (request) akan dikirim secara broadcast kesemua
host pada target network. Host yang hidup akan mengirimkan ICMP echo reply.

Gambar 2.31.
Broadcast ICMP
BAB III
TCP/IP & IP
ADDRESS
3.1 Konsep
Dasar TCP/IP
3.1.1 Apa
itu TCP/IP ?
TCP/IP adalah sekumpulan protokol yang terdapat di
dalam jaringan komputer (network) yang digunakan untuk berkomunikasi atau
bertukar data antar komputer. TCP/IP merupakan standard protokol pada
jaringan internet yang menghubungkan banyak komputer yang berbeda jenis mesin
maupun sistem operasinya agar dapat berinteraksi satu sama lain.
|

Gambar 3.1.
Beberapa protokol yang terdapat pada TCP/IP
3.1.2 Apa yang membuat TCP/IP menjadi penting ?
Karena
TCP/IP merupakan protokol yang telah diterapkan pada hampir semua perangkat
keras dan sistem operasi, maka rasanya tidak ada rangkaian protokol lain yang
begitu powerfull kemampuannya untuk dapat bekerja pada semua lapisan perangkat
keras dan sistem operasi seperti berikut ini
a. Novell Netware.
b. Mainframe IBM.
c. Sistem Digital VMS.
d. Microsoft Windows Server.
e. Server & workstation
UNIX, LinuX, FreeBSD, Open BSD.
f. Macintosh.
g. PC DOS dan lain-lain.
3.1.3 Bagaimana awalnya keberadaan TCP/IP ?
Konsep
TCP/IP berawal dari kebutuhan DoD (Departement of Defense) USA akan suatu
komunikasi di antara berbagai variasi komputer yang telah ada.
Komputer-komputer DoD ini seringkali harus menghubungkan antara satu organisasi
peneliti dengan organisasi peneliti lainnya. Komputer tersebut harus tetap
berhubungan karena terkait dengan pertahanan negara dan sumber informasi harus
tetap berjalan meskipun terjadi bencana alam besar, seperti ledakan nuklir, dll
sbg. Oleh karenanya pada tahun 1969 dimulailah penelitian terhadap serangkaian
protokol TCP/IP.
Adapun tujuan-tujuan penelitian
tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Terciptanya protokol-protokol umum, (DoD memerlukan suatu
protocol yang dapat dipergunakan untuk semua jenis jaringan).
2.
Meningkatkan efisiensi komunikasi data.
3.
Dapat dipadukan dengan teknologi WAN (Wide Area Network)
yang telah ada
4.
Mudah dikonfigurasikan.
Tahun 1968 DoD ARPAnet (Advanced Reseach Project
Agency) memulai penelitian yang kemudian menjadi cikal bakal packet
switching. Packet switching inilah yang memungkinkan komunikasi antara
lapisan network, dimana data dijalankan dan disalurkan melalui jaringan dalam
bentuk unit-unit kecil yang disebut packet. Tiap-tiap packet ini membawa
informasi alamatnya masing-masing yang ditangani dengan khusus oleh jaringan
tersebut dan tidak tergantung dengan paket-paket lain. Jaringan yang
dikembangkan ini, yang menggunakan ARPAnet sebagai tulang punggungnya,
menjadi terkenal sebagai internet.
|
Protokol-protokol
TCP/IP dikembangkan lebih lanjut pada awal 1980 dan menjadi protokol standard
untuk ARPAnet pada tahun 1983. Protokol-protokol ini mengalami peningkatan
popularitas di komunitas pemakai ketika TCP/IP dapat di implementasikan dengan
sangat baik pada versi 4.2 BSD (Berkeley Standard Distribution) UNIX. Versi ini
digunakan secara luas pada institusi penelitian dan pendidikan serta digunakan
sebagai dasar dari beberapa penerapan UNIX komersial, termasuk SunOS dari Sun
dan Ultrix dari Digital.
3.1.4 Layanan apa saja yang diberikan oleh TCP/IP ?
Beberapa
layanan "tradisional" yang dilakukan TCP/IP, diantaranya :
a. Pengiriman File – File
Transfer Protocol (FTP)
b. Remote Login – Network
Terminal Protocol (Telnet)
c. E-mail – SMTP (Simple Mail
Transfer Protocol)
d. Network File System (NFS)
e. Remote Execution
3.1.5 Bagaimana TCP dan IP bekerja ?
Seperti yang
telah dikemukakan diatas, TCP dan IP hanyalah merupakan protokol yang bekerja
pada suatu layer dan menjadi penghubung antara satu komputer dengan komputer
lainnya dalam network, meskipun ke dua komputer tersebut memiliki OS yang
berbeda. Untuk mengerti lebih jauh mari kita tinjau proses pengiriman sebuah
email.
Dalam
pengiriman email ada beberapa prinsip dasar yang harus dilakukan:
·
Pertama, mencakup hal-hal umum seperti siapa yang mengirim
email, siapa yang menerima email tersebut serta isi dari email tersebut.
·
Kedua, bagaimana cara agar email tersebut sampai
ketujuannya yang benar.
Dari konsep
ini kita dapat mengetahui bahwa pengirim email memerlukan "perantara"
yang memungkinkan emailnya sampai ketujuan (seperti layaknya pak pos), dan ini
adalah tugas dari protokol TCP dan IP.
Antara TCP dan IP ada pembagian tugas masing-masing:
·
TCP
merupakan connection-oriented, yang berarti bahwa kedua komputer yang ikut
serta dalam pertukaran data harus melakukan hubungan terlebih dulu sebelum
pertukaran data berlangsung (dalam hal ini email). Selain itu TCP juga
bertanggungjawab untuk menyakinkan bahwa email tersebut akan sampai ke
tujuan, memeriksa kesalahan dan mengirimkan error kelapisan atas hanya bila
TCP tidak berhasil melakukan hubungan (hal inilah yang membuat TCP sukar
untuk dikelabuhi). Jika isi email tersebut terlalu besar untuk satu datagram,
TCP akan membaginya kedalam beberapa datagram.
·
IP
bertanggung jawab setelah hubungan berlangsung, tugasnya adalah untuk
me-rute-kan paket data, didalam network. IP hanya bertugas sebagai kurir dari
TCP dan mencari jalur yang terbaik dalam penyampaian datagram, IP "tidak
bertanggung jawab" jika data tersebut tidak sampai dengan utuh (hal ini
disebabkan IP tidak memiliki informasi mengenai isi data yang dikirimkan),
namun IP akan mengirimkan pesan kesalahan (error message) melalui ICMP, jika
hal ini terjadi dan kemudian kembali ke sumber data.
|
Karena IP
"hanya" mengirimkan data "tanpa" mengetahui urutan data
mana yang akan disusun berikutnya, maka hal ini menyebabkan IP mudah untuk
dimodifikasi di daerah "sumber dan tujuan" datagram. Hal inilah yang
menjadi penyebab banyaknya paket data yang hilang sebelum sampai ketujuan.
Datagram dan
paket sering dipertukarkan penggunaanya. Secara teknis, datagram merupakan unit
dari data, yang tercakup dalam protokol. ICPM adalah kependekan dari Internet
Control Message Protocol yang bertugas memberikan pesan-pesan kesalahan dan
kondisi lain yang memerlukan perhatian khusus. Pesan/paket ICMP dikirim jika
terjadi masalah pada layer IP dan layer diatasnya (TCP dan UDP

Gambar 3.2.
Akibat kegagalan mengirim pesan, Pesan kesalahan ICMP disampaikan kesumber
alamat pengirim
Berikut adalah beberapa pesan
potensial yang sering timbul:
a.
Destination unreachable, terjadi jika host, jaringan,
port atau protocol tertentu tidak dapat dijangkau.
b.
Time exceded, dimana datagram tidak bisa dikirim karena
time to live habis.
c.
Parameter problem, terjadi kesalahan parameter dan letak
octet dimana kesalahan terdeteksi.
d.
Source quench, terjadi karena router/host tujuan membuang
datagram karena batasan ruang buffer atau karena datagram tidak dapat diproses.
e.
Redirect, pesan ini memberi saran kepada host asal
datagram mengenai router yang lebih tepat untuk menerima datagram tsb.
f.
Echo request dan echo reply message, pesan ini saling
mempertukarkan data antara host.
3.2 IP ADDRESS Versi 4
IP Address
merupakan pengenal yang digunakan untuk memberi alamat pada tiap-tiap komputer
dalam jaringan. Format IP address adalah bilangan 32 bit yang tiap 8 bit-nya
dipisahkan oleh tanda titik. Adapun format IP Address dapat berupa bentuk
‘biner’ (xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx dengan x merupakan bilangan biner
0 atau 1). Atau dengan bentuk empat bilangan desimal yang masing-masing
dipisahkan oleh titik, bentuk ini
dikenal dengan
‘dot ted decimal ’
(xxx.xxx.xxx.xxx adapun xxx merupakan nilai dari 1 oktet yang berasal dari 8
bit).
Dikenal dua
cara pembagian IP Address, yakni: classfull dan classless addressing.
3.2.1 Classfull Addressing
Classfull
merupakan metode pembagian IP address berdasarkan klas, dimana IP address (yang
berjumlah sekitar 4 milyar) dibagi kedalam lima kelas yakni:
Kelas A
Format :
0nnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh.hhhhhhhh
Bit pertama :
0
Panjang NetID : 8
bit
Panjang HostID : 24 bit
Byte pertama :
0-127
Jumlah :
126 Kelas A (0 dan 127 dicadangkan)
Range IP :
1.xxx.xxx.xxx sampai 126.xxx.xxx.xxx
Jumlah IP :
16.777.214 IP Address disetiap Kelas A
Dekripsi :
Diberikan untuk jaringan dengan jumlah host
yang besar
Kelas B
Format :
10nnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh
Bit pertama :
10
Panjang NetID : 16 bit
Panjang HostID : 16 bit
Byte pertama :
128-191
Jumlah :
16.384 Kelas B
Range IP :
128.0.xxx.xxx sampai 191.255.xxx.xxx
Jumlah IP :
65.532 IP Address pada setiap Kelas B
Deskripsi :
Dialokasikan untuk jaringan besar dan sedang
Kelas C
Format :
110nnnnn.nnnnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh
Bit pertama :
110
Panjang NetID :
24 bit
Panjang HostID : 8 bit
Byte pertama :
192-223
Jumlah :
2.097.152 Kelas C
Range IP :
192.xxx.xxx.xxx s/d 223.255.255.xxx
Jumlah IP :
254 IP Address pada setiap Kelas C
Deskripsi :
Digunakan untuk jaringan berukuran kecil
Kelas D
Format : 1110mmmm.mmmmmmm.mmmmmmm.
mmmmmmm
Bit pertama :
1110
Bit multicast :
28 bit
Byte inisial :
224-247
Deskripsi :
Kelas D digunakan untuk keperluan
IPmulticasting
Kelas E
Format :
1111rrrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr
Bit pertama :
1111
Bit cadangan :
28 bit
Byte inisial :
248-255
Deskripsi :
Kelas E dicadangkan untuk keperluan
eksperimen.
3.2.2 Classless Addressing
Metode
classless addressing (pengalamatan tanpa klas) saat ini mulai banyak
diterapkan, yakni dengan pengalokasian IP Address dalam notasi Classless Inter
Domain Routing (CIDR). Istilah lain yang digunakan untuk menyebut bagian IP
address yang menunjuk suatu jaringan
secara lebih spesifik, disebut juga dengan Network Prefix.
Biasanya
dalam menuliskan network prefix suatu kelas IP Address digunakan tanda garis
miring (Slash) “/”, diikuti dengan angka yang menunjukan panjang network prefix
ini dalam bit.
Misalnya,
ketika menuliskan network kelas A dengan alokasi IP 12.xxx.xxx.xxx, network
prefixnya dituliskan sebagai 12/8. Angka /8 menunjukan notasi CIDR yang
merupakan jumlah bit yang digunakan oleh network prefix, yang berarti
netmask-nya 255.0.0.0 dengan jumlah maksimum host pada jaringan sebanyak
16.777.214 node.
Contoh lain
untuk menunjukan suatu network kelas B 167.205.xxx.xxx digunakan: 167.205/18.
Angka /18 merupakan notasi CIDR, yang berarti netmask yang digunakan pada
jaringan ini adalah 255.255.192.0 dengan jumlah maksimum host pada jaringan
sebanyak 16.382 node.
3.2.3 Pengalokasian IP address
IP Address
terdiri atas dua bagian yaitu network ID dan host ID. Network ID menunjukkan
nomor network, sedangkan hostID meng-identifkasi-kan host dalam satu network.
Pengalokasian IP address pada dasarnya ialah proses memilih network ID dan host
ID yang tepat untuk suatu jaringan. Tepat atau tidaknya konfigurasi ini
tergantung dari tujuan yang hendak dicapai, yaitu mengalokasikan IP address
se-efisien mungkin.
Terdapat
beberapa aturan dasar dalam menentukan network ID dan host ID yang hendak
digunakan. Aturan tersebut adalah :
·
Network ID 127.0.0.1 tidak dapat digunakan karena ia
secara default digunakan dalam keperluan ‘loop-back’. (‘Loop-Back’ adalah IP
address yang digunakan komputer untuk menunjuk dirinya sendiri).
·
Host ID tidak boleh semua bitnya diset 1 (contoh klas A:
126.255.255.255), karena akan diartikan sebagai alamat broadcast. ID broadcast
merupakan alamat yang mewakili seluruh anggota jaringan. Pengiriman paket ke
alamat ini akan menyebabkan paket ini didengarkan oleh seluruh anggota network
tersebut.
·
Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 0 (seluruh
bit diset 0 seperti 0.0.0.0), Karena IP address dengan host ID 0 diartikan
sebagai alamat network. Alamat network adalah alamat yang digunakan untuk
menunjuk suatu jaringan, dan tidak menunjukan suatu host.
·
Host ID harus unik dalam suatu network (dalam satu
network, tidak boleh ada dua host dengan host ID yang sama).
Aturan lain
yang menjadi panduan network engineer dalam menetapkan IP Address yang
dipergunakan dalam jaringan lokal adalah sebagai berikut:
0/8 →0.0.0.1 s.d. 0.255.255.254
Hosts/Net: 16.777.214
10/8 →10.0.0.1 s.d.
10.255.255.254 Hosts/Net: 16.777.214
127/8 →127.0.0.1 s.d.
127.255.255.254 Hosts/Net: 16.777.214
169.254/16→ 169.254.0.1 s.d.
169.254.255.254 Hosts/Net: 65.534
172.16/12 → 172.16.0.1 s.d.
172.31.255.254 Hosts/Net:1.048.574
192.0.2/24 →192.0.2.1 s.d.
192.0.2.254 Hosts/Net:254
192.168/16 →192.168.0.1 s.d.
192.168.255.254 Hosts/Net:65.534
dan semua space dari klas D dan
E dapat digunakan untuk IP Address local area network, karena IP ini tidak
digunakan (di publish) di internet.
Filtered source addresses
0/8 ! broadcast
10/8 ! RFC 1918 private
127/8 ! loopback
169.254.0/16 ! link local
172.16.0.0/12 ! RFC 1918 private
192.0.2.0/24 ! TEST-NET
192.168.0/16 ! RFC 1918 private
224.0.0.0/4 ! class D multicast
240.0.0.0/5 ! class E reserved
248.0.0.0/5 ! reserved
255.255.255.255/32 !
broadcast
IP address,
subnet mask, broadcast address merupakan dasar dari teknik routing di Internet.
Untuk memahami ini, semua kemampuan matematika khususnya matematika boolean,
atau matematika binary akan sangat membantu memahami konsep routing Internet
dan pengalamatan IP.
3.2.4 Alokasi IP Address di Jaringan
Teknik
subnet merupakan cara yang biasa digunakan untuk mengalokasikan sejumlah alamat
IP di sebuah jaringan (LAN atau WAN). Teknik subnet menjadi penting bila kita
mempunyai alokasi IP yang terbatas misalnya hanya ada 200 IP untuk 200 komputer
yang akan di distribusikan ke beberapa LAN.
Untuk memberikan gambaran, misalkan
kita mempunyai alokasi alamat IP dari 192.168.1/24 untuk 254 host, maka
parameter yang digunakan untuk alokasi tersebut adalah:
255.255.255.0 - subnet mask LAN
192.168.1.0 - netwok address
LAN.
192.168.1.1 s/d 192.168.1.254 –
IP yang digunakan host LAN
192.168.1.255 - broadcast
address LAN
192.168.1.25 - contoh IP salah
satu workstation di LAN.
Perhatikan bahwa,
·
Alamat IP pertama 192.168.1.0 tidak digunakan untuk
workstation, tapi untuk menginformasikan bahwa LAN tersebut menggunakan alamat
192.168.1.0. Istilah keren-nya alamat IP 192.168.1.0 di sebut network address.
·
Alamat IP terakhir 192.168.1.255 juga tidak digunakan
untuk workstation, karena digunakan untuk alamat broadcast. Alamat broadcast
digunakan untuk memberikan informasi ke seluruh workstation yang berada di
network 192.168.1.0 tersebut. Contoh informasi broadcast adalah informasi
routing menggunakan Routing Information Protocol (RIP).
·
Subnetmask LAN 255.255.255.0, dalam bahasa yang sederhana
dapat diterjemahkan bahwa setiap bit “1” menunjukan posisi network address,
sedang setiap bit “0” menunjukkan posisi host address.
Konsep
network address dan host address menjadi penting sekali berkaitan erat dengan
subnet mask. Perhatikan dari contoh di atas maka alamat yang digunakan adalah :
192.168.1.0
network address
=
11000000.10101000.00000000.00000000
192.168.1.1 host ke 1 =11000000.10101000.00000000.00000001
192.168.1.2 host ke 2 =11000000.10101000.00000000.00000010
192.168.1.3 host ke 3 =11000000.10101000.00000000.00000011
……
192.168.1.254 host ke 254 =
11000000.10101000.00000000.11111110
192.168.1.255 broacast address =
11000000.10101000.00000000.11111111
Perhatikan
bahwa angka 192.168.1 tidak pernah berubah sama sekali. Hal ini menyebabkan
network address yang digunakan 192.168.1.0. Jika diperhatikan maka 192.168.1
terdiri dari 24 bit yang konstan tidak berubah, dan hanya 8 bit terakhir (bit
hostID) yang berubah. Tidak heran kalau netmask yang digunakan adalah binary
11111111.11111111.11111111.00000000 (desimal =
255.255.255.0). Walaupun alamat
IP workstation tetap, tetapi netmask yang digunakan dimasing-masing router akan
berubah-ubah bergantung pada posisi router dalam jaringan.
3.2.5 Alokasi Alamat IP
APJII
mendapatkan pendelegasian wewenang dari APNIC untuk membagikan IP Address di
Indonesia. PJI (ISP) di Indonesia akan memperoleh manfaat karena tidak perlu
lagi menjadi anggota langsung dari APNIC (dengan biaya keanggotaan berkisar
2,500 – 10,000 USD per tahun) untuk mendapatkan alokasi IP address. Hal ini
dapat juga dilihat sebagai upaya penghematan devisa.
Perusahaan yang membutuhkan
alamat IP yang independen terhadap ISP juga dapat dilayani oleh APJII, dengan
biaya alokasi yang akan ditetapkan kemudian.
3.2.6 Hirarki Pendistribusian IP Address v4
·
Address IPv4 didistribusikan sesuai dengan struktur
hirarki yang dijabarkan secara sederhana, seperti struktur berikut:

Gambar 4.3.
Hirarki distribusi address space IPv4
·
Sejarahnya pengaturan nomor IP dan nama host diatur
secara tersentral oleh IANA (Internet Assigned Numbers Authority), dimotori
oleh Jon Postel (August 6, 1943 - October 16, 1998)
·
Daftar tabel di-download secara berkala
Keterangan :
1.
ICANN : Internet Corporation For Assigned Names and
Numbers
2.
ASO : The Address Supporting Organization
3.
IANA : Internet Assigned Numbers Authority
4.
APNIC : Asia Pasific Network Information Center
5.
ARIN : American Registry for Internet Numbers
6.
LACNIC : Latin
American and Caribbean Internet Addresses Registry NIC
7.
RIPENCC : RIPE Network Coordination Centre (RIPE: Réseaux
IP Européens)
8.
AfriNIC : African Network Information Center
9.
NIR : National Internet Registry
10. LIR
: Local Internet Registry
11. ISP
: Internet Sevice Provider
12. EU :
End user
ICANN
mendelegasikan pendistribusian resource yang terkait dengan Address Space
kepada ASO, IANA, dan DNSO. IANA mengalokasikan address space pada APNIC, untuk
didistribusikan kembali ke seluruh kawasan Asia Pasifik.
APNIC
mengalokasikan address space kepada Internet Registries (IRs) dan juga
mendelegasikan wewenang kepada mereka untuk melakukan pendelegasian dan
pengalokasian. Dalam beberapa kasus APNIC mendelegasikan address space kepada
end-user/pengguna akhir. IR nasional dan lokal mengalokasikan dan
mendelegasikan address space kepada anggota mereka dan para konsumen dibawah
pengawasan APNIC sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
Bila ingin
menggunakan IP Address Public yang dapat dikenali di internet, maka kita harus
berhubungan dengan ISP tempat kita berlangganan koneksi internet, ISP nantinya
yang akan mengalokasikan IP yang mereka punya ke anda.
Berikutnya
untuk nama domain, anda harus memeriksakan apakah domain yang anda inginkan
sudah didaftarkan fihak lain atau belum (cek di
http://www.domainregistry.com/), kemudian mendaftarkan atau membeli domain name
yang akan digunakan, Anda bisa minta bantuan ISP terdekat untuk hal ini, atau
kontak langsung ke NSI atau reseller lain.

Gambar 4.4.
Internet Map Region
BAB IV
SUBNET & KONSEP
ROUTING
4.1 Subnet
Jumlah IP
Address Versi 4 sangat terbatas, apalagi jika harus memberikan alamat semua
host di Internet. Oleh karena itu, perlu dilakukan efisiensi dalam penggunaan
IP Address tersebut supaya dapat mengalamati semaksimal mungkin host yang ada
dalam satu jaringan.
Konsep
subnetting dari IP Address merupakan teknik yang umum digunakan di Internet
untuk mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah jaringan supaya bisa
memaksimalkan penggunaan IP Address.
Subnetting
merupakan proses memecah satu kelas IP Address menjadi beberapa subnet dengan
jumlah host yang lebih sedikit, dan untuk menentukan batas network ID dalam
suatu subnet, digunakan subnet mask.
Seperti yang
telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa selain menggunakan metode classfull
untuk pembagian IP address, kita juga dapat menggunakan metode classless
addressing (pengalamatan tanpa klas), menggunakan notasi penulisan singkat
dengan prefix.
Metode ini
merupakan metode pengalamatan IPv4 tingkat lanjut, muncul karena ada ke-khawatiran
persediaan IPv4 berkelas tidak akan mencukupi kebutuhan, sehingga diciptakan
metode lain untuk memperbanyak persediaan IP address.
4.1.1 Classless Inter-Domain Routing (CIDR)
Diperkenalkan
oleh lembaga IETF pada tahun 1992, merupakan konsep baru untuk mengembangkan
Supernetting dengan Classless Inter-Domain Routing.
CIDR menghindari cara pemberian
IP Address tradisional menggunakan klas A, B dan C. CIDR menggunakan “network
prefix” dengan panjang tertentu. Prefix-length menentukan jumlah “bit sebelah
kiri” yang akan dipergunakan sebagai network ID.
Jika suatu
IP Address memiliki 16 bit sebagai network ID, maka IP address tersebut akan
diberikan prefix-length 16 bit yang umumnya ditulis sebagai /16 dibelakang IP
Address, contoh: 202.152.0.1/18. Oleh karena tidak mengenal kelas, CIDR dapat
mengalokasikan kelompok IP address dengan lebih efektif. Seperti contoh, jika
satu blok IP address (202.91.8/26) dialokasikan untuk sejumlah host (komputer)
yang akan dibagi dalam beberapa jaringan (subnet), maka setiap bagian
(segmen/subnet) akan menerima porsi IP address yang sama satu sama lain.
Subnet 1 = 62 host – network
address = 202.91.8.0/26
Subnet 2 = 62 host – network
address = 202.91.8.64/26
Subnet 3 = 62 host – network
address = 202.91.8.128/26
Subnet 4 = 62 host – network
address = 202.91.8.192/26
Subnet Mask = 255.255.255.192
Bila salah
satu subnet masih ingin memecah jaringannya menjadi beberapa bagian, misal
subnet 4 masih akan dibagi menjadi 2 jaringan (subnet), maka 62 IP yang
sebelumnya akan dialokasikan buat host subnet 4 akan dipecah menjadi 2 subnet
lagi dengan jumlah host yang sama.
Subnet 4 = 30 host – network
address = 202.91.8.192/27
Subnet 5 = 30 host – network
address = 202.91.8.224/27
Subnet Mask = 255.255.255.224
Sisa host
masing-masing subnet yang baru hanya 30 host, dikarenakan 1 IP sebagai
identitas alamat Network dan 1 IP lainya (yang terakhir) digunakan sebagai IP
broadcast subnet tersebut.
4.1.2 Variable Length Subnet Mask (VLSM)
Jika pada
pengalokasian IP address classfull, suatu network ID hanya memiliki satu
subnetmask, maka VLSM menggunakan metode yang berbeda, yakni dengan memberikan
suatu network address lebih dari satu subnetmask.
Perhatikan contoh berikut:
Satu blok IP address
(169.254.0.0/20) dibagi menjadi 16.
Subnet 1 = 4094 host – Net
address = 169.254.0.0/20
Subnet 2 = 4094 host – Net
address = 169.254.16.0/20
Subnet 3 = 4094 host – Net
address = 169.254.32.0/20
Subnet 4 = 4094 host – Net
address = 169.254.64.0/20
…
Subnet 16= 4094 host – Net
address = 169.254.240.0/20
Subnet Mask = 255.255.240.0
Berikutnya Subnet 2 akan
dipecah menjadi 16 subnet lagi yang lebih kecil.
Subnet 2.1 = 254 host – Net
address = 169.254.16.0/24
Subnet 2.2 = 254 host – Net
address = 169.254.17.0/24
Subnet 2.3 = 254 host – Net
address = 169.254.18.0/24
…
Subnet 2.16 = 254 host – Net
address = 169.254.31.0/24
Subnet Mask = 255.255.255.0
Bila subnet 2.1 akan dipecah
lagi menjadi beberapa subnet, misal 4 subnet, maka:
Subnet 2.1.1 = 62 host – Net
address = 169.254.16.0/26
Subnet 2.1.2 = 62 host – Net
address = 169.254.16.64/26
Subnet 2.1.3 = 62 host – Net
address = 169.254.16.128/26
Subnet 2.1.4 = 62 host – Net
address = 169.254.16.192/26
Subnet Mask = 255.255.255.192
Nah…terlihatkan
kalau pada Subnet 2 (Net address 169.254.16.0) dapat memecah jaringannya
menjadi beberapa subnet lagi dengan mengganti Subnetmask-nya menjadi:
255.255.240.0, 255.255.255.0 dan
255.255.255.192.
Jika anda
perhatikan, CIDR dan metode VLSM mirip satu sama lain, yaitu blok network
address dapat dibagi lebih lanjut menjadi sejumlah blok IP address yang lebih
kecil. Perbedaannya adalah CIDR merupakan sebuah konsep untuk pembagian blok IP
Public yang telah didistribusikan dari IANA, sedangkan VLSM merupakan
implementasi pengalokasian blok IP yang dilakukan oleh pemilik network (network
administrator) dari blok IP yang telah diberikan padanya (sifatnya local dan
tidak dikenal di internet).
Esensi dari subnetting adalah “memindahkan” garis
pemisah antara bagian network dan bagian host dari suatu IP Address. Beberapa
bit dari bagian hostID dialokasikan menjadi bit tambahan pada bagian
networkID. Address satu network menurut struktur baku dipecah menjadi
beberapa subnetwork. Cara ini menciptakan sejumlah network tambahan dengan
mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam tiap network tersebut.
Tujuan lain dari subnetting yang tidak kalah pentingnya
adalah untuk mengurangi tingkat kongesti (gangguan/ tabrakan) lalulintas data
dalam suatu network.
|
Perhatikan…!!!
pengertian satu network secara logika adalah host-host yang tersambung pada
suatu jaringan fisik. Misalkan pada suatu LAN dengan topologi bus, maka anggota
suatu network secara logika haruslah host yang tersambung pada bentangan kabel
tersebut. Jika menggunakan hub untuk topologi star, maka keseluruhan network
adalah semua host yang terhubung dalam hub yang sama. Bayangkan jika network
kelas B hanya dijadikan satu network secara logika, maka seluruh host yang
jumlahnya dapat mencapai puluhan ribu itu akan “berbicara” pada media yang
sama.
Jika kita
perhatikan ilustrasi pada gambar berikut, hal ini sama dengan ratusan orang
berada pada suatu ruangan. Jika ada banyak orang yang berbicara pada saat
bersamaan, maka pendengaran kita terhadap seorang pembicara akan terganggu oleh
pembicara lainnya. Akibatnya, kita bisa salah menangkap isi pembicaraan, atau
bahkan sama sekali tidak bisa mendengarnya. Artinya tingkat kongesti dalam
jaringan yang besar akan sangat tinggi, karena probabilitas “tabrakan”
pembicaraan bertambah tinggi jika jumlah yang berbicara bertambah banyak.

Gambar 4.1. Satu
Physical Network dengan host yang banyak
Untuk
menghindari terjadinya kongesti akibat terlalu banyak host dalam suatu physical
network, dilakukan segmentasi jaringan.
Misalkan suatu perusahaan yang
terdiri dari 4 departemen ingin memiliki LAN yang dapat mengintegrasikan
seluruh departemen. Masing-masing departemen memiliki server sendiri-sendiri
(bisa Novell Server, Windows Server, Linux atau UNIX). Cara yang sederhana
adalah membuat topologi network perusahaan tersebut seperti ditampilkan pada
gambar berikut.

Gambar 4.2.
Subnetting secara fisik
Kita membuat
5 buah physical network (sekaligus logical network), yakni 4 buah pada
masing-masing departemen, dan satu buah lagi sebagai jaringan backbone antar
departemen. Dengan kata lain, kita membuat beberapa subnetwork (melakukan
subnetting). Keseluruhan komputer tetap dapat saling berhubungan karena server
juga berfungsi sebagai router. Pada server terdapat dua network interface,
masing-masing tersambung ke jaringan backbone dan jaringan departemennya
sendiri.
Setelah
membuat subnet secara fisik, kita juga harus membuat subnet logic. Masing-masing subnet fisik setiap
departemen harus mendapat subnet logic (IP Address) yang berbeda, yang
merupakan bagian dari network address perusahaan. Dengan mengetahui dan
menetapkan subnetmask, kita dapat memperkirakan jumlah host maksimal asing-masing subnet pada jaringan tersebut.
Berikut ini
daftar subnetting yang bisa dihapal dan diterapkan untuk membuat subnet.
Tabel 4.1. Subnetting


Disamping
menghafal tabel-tabel diatas, dapat juga mempelajari cara menghitung dengan
mempergunakan rumus
Jumlah Host per Network = 2 n
- 2
Dimana n adalah jumlah bit
tersisa yang belum diselubungi, misal Network
Prefix /10, maka bit tersisa
(n) adalah 32 –10 = 22
2 22 – 2 = 4194302
Sedangkan untuk mencari :
Jumlah Subnet = 2 N
Dimana N adalah jumlah bit yang
dipergunakan (diselubungi) atau N = Network Prefix – 8
Seperti contoh, bila network
prefix /10, maka N = 10 – 8 = 2 → 2 2 = 4
Untuk menyusun tabel diatas, sebenarnya tidak terlalu
sulit, anda bisa lebih detail memperhatikan bahwa, nilai jumlah host per
network ternyata tersusun terbalik dengan jumlah subnet, Host/network dapat
dengan gampang anda susun dengan rumus lain, seperti: X x 2 + 2 = Xn
X = jumlah host
sebelumnya, dan
Xn = jumlah host
Perhatikan: 2 x 2 + 2 = 6, 6 x 2 + 2 = 14, 14 x 2 + 2 =
30 dst.
Subnet: 1 x 2 = 2, 2 x 2 = 4, 4 x 2 = 8, 8 x 2 = 16,
dst.
|
“Gimana,
sudah mulai faham? kalau belum mungkin contoh kasus berikut bisa lebih membantu
pemahaman anda.
Contoh Kasus:
Bila anda
memiliki IP address dari klas C seperti 192.168.0.1, Tentukan berapa jumlah
host maksimal yang anda bisa susun dalam satu network dan berapa jumlah network
(subnet) yang bisa anda bentuk (1 network atau lebih)
Penyelesaian:
Penyelesaian:
Net Address : 192.168.0.0/24 =
11000000.10101000.00000000.00000000
Netmask :
255.255.255.0 =
11111111.11111111.11111111.00000000
Wildcard : 0.0.0.255 =
00000000.00000000.00000000.11111111
IP Host Awal : 192.168.0.1 =
11000000.10101000.00000000.00000001
IP HostAkhir : 192.168.0.254 =
11000000.10101000.00000000.11111110
Broadcast :
192.168.0.255 =
11000000.10101000.00000000.11111111
Hosts/Net : 254 (1 Network)
Network : 192.168.0.0/25 =
11000000.10101000.00000000.00000000
Netmask : 255.255.255.128 =
11111111.11111111.11111111.10000000
Wildcard : 0 .0 .0 .127 =
00000000.00000000.00000000.01111111
IP Host Awal : 192.168.0.1 =
11000000.10101000.00000000.00000001
IP HostAkhir : 192.168.0.126 =
11000000.10101000.00000000.01111110
Broadcast :
192.168.0.127 =
11000000.10101000.00000000.01111111
Hosts/Net :
126 (1 Network)
Network :
192.168.0.128 =
11000000.10101000.00000000.10000000
IP Host Awal : 192.168.0.129 =
11000000.10101000.00000000.10000001
IP HostAkhir : 192.168.0.254 =
11000000.10101000.00000000.11111110
Broadcast :
192.168.0.255 =
11000000.10101000.00000000.11111111
Hosts/Net :
126 (1 Network)
Subnets : 2 Network
Hosts Max :
252
Net Add : 192.168.0.0/26 =
11000000.10101000.00000000.00000001
Netmask : 255.255.255.192 =
11111111.11111111.11111111.11000000
Wildcard : 0.0.0.63 =
00000000.00000000.00000000.00111111
Network : 192.168.0.0/26 =
11000000.10101000.00000000.00000000
HostMin : 192.168.0.1 =
11000000.10101000.00000000.00000001
HostMax : 192.168.0.62 =
11000000.10101000.00000000.00111110
Broadcast : 192.168.0.63 =
11000000.10101000.00000000.00111111
Hosts/Net : 62
Network : 192.168.0.64/26 =
11000000.10101000.00000000.01000000
HostMin : 192.168.0.65 =
11000000.10101000.00000000.01000001
HostMax : 192.168.0.126
=
11000000.10101000.00000000.01111110
Broadcast : 192.168.0.127 =
11000000.10101000.00000000.01111111
Hosts/Net : 62
Network : 192.168.0.128/26 =
11000000.10101000.00000000.10000000
HostMin : 192.168.0.129 =
11000000.10101000.00000000.10000001
HostMax : 192.168.0.190
=
11000000.10101000.00000000.10111110
Broadcast : 192.168.0.191 =
11000000.10101000.00000000.10111111
Hosts/Net : 62
Network : 192.168.0.192/26 =
11000000.10101000.00000000.11000000
HostMin : 192.168.0.193 =
11000000.10101000.00000000.11000001
HostMax : 192.168.0.254
=
11000000.10101000.00000000.11111110
Broadcast : 192.168.0.255 =
11000000.10101000.00000000.11111111
Hosts/Net : 62
Subnets : 4
Hosts :
248
Masih banyak lagi network yang
kita bisa bentuk dengan 192.168.0.0/27, 192.168.0.0/28, 192.168.0.0/29, dan
192.168.0.0/30.
Singkatnya anda bisa lihat
ditabel berikut:
Tabel 4.2.
Subnetmask dari IP Address klas C

Contoh lain,
bila sebuah kampus memiliki IP Address 167.205.7.xxx diperkirakan jumlah
komputer maksimum yang tersambung di dalam setiap LAN tidak akan melebihi 30
buah. Oleh karena itu, pemilihan subnetmask yang tepat untuk ini adalah 27 bit
(255.255.255.224), ini berarti jumlah bit host adalah 5, maka, subnet
167.205.7.xxx tadi dipecah menjadi 8 buah subnet baru yang lebih kecil. Setiap
subnet baru terdiri dari 32 IP Address ( 1 IP untuk Net Address, 30 IP untuk
host dan 1 IP untuk broadcast).
Ingat bahwa
address paling awal dalam setiap subnet (seluruh bit host bernilai 0) diambil
sebagai network address dan address paling akhir (seluruh bit host bernilai 1)
sebagai broadcast.
Tabel 4.3.
Pembagian Net 167.205.7.xxx menjadi 8 buah Subnet

Setelah
mendapatkan angka-angka di atas, pendelegasian IP address dapat dilakukan.
Contoh pembagiannya adalah sbb
:
subnet 1 (167.205.7.0) untuk LAN pada Akademik
subnet 2 (167.205.7.32) untuk
LAN pada Laboratorium 1
subnet 3 (167.205.7.64) untuk
LAN pada Laboratorium 2, dst.
Perhatikan
bahwa jika kita hanya memiliki 10 buah komputer pada LAN yang berkapasitas 30
host (penerapan masking 27 bit), maka 20 IP address lainnya yang belum/tidak
terpakai tidak dapat dipakai pada LAN lain, karena akan mengacaukan jalannya
routing.
Dalam melakukan subnetting,
kita harus terlebih dahulu menentukan seberapa besar jaringan kita saat ini,
serta kemungkinannya dimasa mendatang. Untuk hal tersebut kita dapat mengikuti
beberapa petunjuk umum berikut:
·
Tentukan dulu jumlah jaringan fisik yang ada
·
Tentukan jumlah IP address yang dibutuhkan oleh
masing-masing jaringan.
Berdasarkan requirement ini,
definisikan:
·
Satu subnet mask untuk seluruh network
·
Subnet ID yang unik untuk setiap segmen jaringan
·
Range host ID untuk setiap subjek
Cara paling sederhana dalam
membentuk subnet ialah mengalokasikan IP Address sama rata untuk setiap
subnet. Namun hal ini hanya cocok jika alokasi IP yang kita miliki besar
sekali atau kita menggunakan IP private, dan jaringan menjalankan protokol
routing RIP versi 1.
Jika kita ingin membuat
jaringan dengan subnet berukuran berbeda, RIP versi 1 tidak dapat digunakan.
Alokasi IP dengan subnet yang besarnya berbeda-beda sesuai kebutuhan ini
disebut sebagai VLSM (Variable Lenght Subnet Mask). VLSM dapat menghasilkan
alokasi IP yang lebih efisien.
|
4.2 Konsep Routing
4.2.1 Mengapa perlu router ?
Sebelum kita
pelajari lebih jauh mengenai bagaimana konsep routing, kita perlu memahami
lebih baik lagi mengenai beberapa aturan dasar routing. Juga tentunya kita
harus memahami sistem penomoran IP, subnetting, netmasking dan
saudara-saudaranya yang lain.
Contoh kasus:
Host X → 128.1.1.1 (IP Kelas B
network id 128.1.x.x)
Host Y → 128.1.1.7 (IP kelas B
network id 128.1.x.x)
Host Z → 128.2.2.1 (IP kelas B network id 128.2.x.x)
Pada kasus
di atas, host X dan host Y dapat berkomunikasi langsung tetapi baik host X
maupun Y tidak dapat berkomunikasi dengan host Z, karena mereka memiliki
Network Id yang berbeda. Bagaimana supaya Z dapat berkomunikasi dengan X dan Y
? gunakan router !
Contoh lain:
Host A → 192.168.0.1 subnet mask 255.255.255.240
Host B → 192.168.0.2 subnet mask 255.255. 255.240
Host C → 192.168.0.17
subnet mask 255.255. 255.240
Nah, ketika
subnetting dipergunakan, maka dua host yang terhubung ke segmen jaringan yang
sama dapat berkomunikasi hanya jika baik Network ID maupun subnetID-nya sesuai.
Pada kasus di atas, A dan B dapat berkomunikasi dengan langsung, C memiliki
Network ID yang sama dengan A dan B tetapi memiliki subnetmask yang berbeda.
Dengan demikian C tidak dapat berkomunikasi secara langsung dengan A dan B.
Bagaimana supaya C dapat berkomunikasi dengan A dan B ? gunakan router !
Jadi fungsi router, secara mudah dapat dikatakan,
menghubungkan dua buah jaringan yang berbeda; tepatnya mengarahkan rute yang
terbaik untuk mencapai network yang diharapkan.
|
Dalam
implementasinya, router sering dipakai untuk menghubungkan jaringan antar
lembaga atau perusahaan yang masing-masing telah memiliki jaringan dengan
Network ID yang berbeda.
Contoh
lainnya yang saat ini populer adalah ketika sebuah perusahaan akan terhubung ke
internet. Maka router akan berfungsi mengalirkan paket data dari perusahaan
tersebut ke lembaga lain melalui internet, sudah barang tentu nomor jaringan
perusahaan itu akan bereda dengan perusahaaan yang dituju.
Jika sekedar
menghubungkan 2 buah jaringan, sebenarnya anda juga dapat menggunakan PC
berbasis windows NT atau Linux, dengan memberikan 2 buah network card dan
sedikit setting, maka anda telah membuat router praktis. Namun tentunya dengan
segala keterbatasannya. Di pasaran sangat beragam merek router, antara lain
baynetworks, 3com, Cisco, dll.
4.2.2 Routing Statik dan Dinamik
Secara umum
mekanisme koordinasi routing dapat dibagi menjadi dua, yaitu: routing statik
dan routing dinamik.
Pada routing
statik, entri-entri dalam forwarding table router diisi dan dihapus secara
manual, sedangkan pada routing dinamik perubahan dilakukan otomatis melalui
protokol routing.
Routing
statik adalah pengaturan routing paling sederhana yang dapat dilakukan pada
jaringan komputer. Menggunakan routing statik murni dalam sebuah jaringan
berarti mengisi setiap entri dalam forwarding table di setiap router yang
berada di jaringan tersebut.
Penggunaan
routing statik dalam sebuah jaringan yang kecil tentu bukanlah suatu masalah,
hanya beberapa entri yang perlu diisikan pada forwarding table di setiap
router. Namun Anda tentu dapat membayangkan bagaimana jika harus melengkapi
forwarding table di setiap router yang jumlahnya tidak sedikit dalam jaringan
yang besar. Apalagi jika Anda ditugaskan untuk mengisi entri-entri di seluruh
router di Internet yang jumlahnya banyak sekali dan terus bertambah setiap
hari. Tentu repot sekali!
Routing
dinamik adalah cara yang digunakan untuk melepaskan kewajiban mengisi
entri-entri forwarding table secara manual. Protokol routing mengatur
router-router sehingga dapat berkomunikasi satu dengan yang lain dan saling
memberikan informasi routing yang dapat mengubah isi forwarding table,
tergantung keadaan jaringannya. Dengan cara ini, router-router mengetahui
keadaan jaringan yang terakhir dan mampu meneruskan datagram ke arah yang
benar. Dengan kata lain, routing dinamik adalah proses pengisian data routing
di table routing secara otomatis.
Berikut ini tabel perbedaan
yang spesifik untuk kedua jenis routing.
Tabel 4.4.
Perbedaan routing statik dan routing dinamik

Tidak ada komentar:
Posting Komentar