Rabu, 28 Maret 2012

JARKOM


BAB I
JARINGAN KOMPUTER

1.1 Pengertian Jaringan Komputer
Jaringan komputer adalah ”interkoneksi” antara 2 komputer autonomous atau lebih, yang terhubung dengan media transmisi kabel atau tanpa kabel (wireless).

Autonomous adalah apabila sebuah komputer tidak melakukan control terhadap komputer lain dengan akses penuh, sehingga dapat membuat komputer lain, restart, shutdows, kehilangan file atau kerusakan sistem.
Dalam defenisi networking yang lain autonomous dijelaskan sebagai jaringan yang independent dengan manajemen sistem sendiri (punya admin sendiri), memiliki topologi jaringan, hardware dan software sendiri, dan dikoneksikan dengan jaringan autonomous yang lain. (Internet merupakan contoh kumpulanjaringan autonomous yang sangat besar.)
Dua unit komputer dikatakan terkoneksi apabila keduanya bisa saling bertukar data/informasi, berbagi resource yang dimiliki, seperti: file, printer, media penyimpanan (hardisk, floppy disk, cd-rom, flash disk, dll). Data yang berupa teks, audio maupun video, bergerak melalui media kabel atau tanpa kabel (wireless) sehingga memungkinkan pengguna komputer dalam jaringan komputer  dapat saling bertukar  file/data, mencetak pada printer yang sama dan menggunakan hardware/software  yang terhubung dalam jaringan bersama-sama
Tiap  komputer, printer atau  periferal  yang terhubung dalam jaringan disebut dengan ”node”. Sebuah jaringan komputer sekurang-kurangnya terdiri dari dua unit komputer atau lebih, dapat berjumlah puluhan komputer, ribuan atau bahkan jutaan node yang saling terhubung satu sama lain.
Didalam jaringan komputer dikenal sistem koneksi antar node (komputer), yakni :

1.1.1 Peer to Peer
Peer artinya rekan sekerja. Peer-to-peer network adalah jaringan komputer yang terdiri dari beberapa komputer, terhubung langsung dengan kabel crossover atau wireless atau juga dengan perantara hub/switch.
Komputer pada jaringan peer to peer ini biasanya berjumlah sedikit dengan 1-2 printer. Untuk penggunaan khusus, seperti laboratorium komputer, riset dan beberapa hal lain, maka model peer to peer ini bisa saja dikembangkan untuk koneksi lebih dari 10 hingga 100 komputer.

Peer to peer adalah suatu model dimana tiap PC dapat memakai resource pada PC lain atau memberikan resourcenya untuk dipakai  PC lain, Tidak ada yang bertindak sebagai server yang mengatur sistem komunikasi dan penggunaan resource komputer yang terdapat dijaringan, dengan kata lain setiap komputer dapat berfungsi sebagai client maupun server pada periode yang sama.

Misalnya terdapat beberapa unit komputer dalam satu departemen, diberi nama group sesuai dengan departemen yang bersangkutan. Masing-masing komputer diberi alamat IP dari satu kelas IP yang sama agar bisa saling sharing untuk bertukar data atau resource yang dimiliki komputer masing-masing, seperti printer, cdrom, file dan lain-lain.



 














Gambar 1.1 Peer to peer

1.1.2 Client – Server
Client Server merupakan model jaringan yang menggunakan satu atau beberapa komputer sebagai server yang memberikan resource-nya kepada komputer lain (client) dalam jaringan, server akan mengatur mekanisme akses resource yang boleh digunakan, serta mekanisme komunikasi antar node dalam jaringan.
Selain pada jaringan lokal, sistem ini bisa juga diterapkan dengan teknologi internet. Dimana ada suatu unit komputer) berfungsi sebagai server yang hanya memberikan pelayanan bagi komputer lain, dan client yang juga hanya meminta layanan dari server. Akses dilakukan secara transparan dari client dengan melakukan login terlebih dulu ke server yang dituju.
Client hanya bisa menggunakan resource yang disediakan server sesuai dengan otoritas yang diberikan oleh administrator. Aplikasi yang dijalankan pada sisi client, bisa saja merupakan resource yang tersedia di server. namun hanya bisa dijalankan setelah terkoneksi ke server. Pada implementasi software splikasi yang di-install disisi client berbeda dengan yang digunakan di server.
Jenis layanan Client-Server antara lain :
1.      File Server : memberikan layanan fungsi pengelolaan file.
2.      Print Server : memberikan layanan fungsi pencetakan.
3.      Database Server : proses-proses fungsional mengenai database dijalankan pada mesin ini dan stasiun lain dapat minta pelayanan.
4.      DIP (Document Information Processing) : memberikan pelayanan fungsi penyimpanan, manajemen dan pengambilan data.


Gambar 1.2 Model Client-Server dengan sebuah Server yang berfungsi umum



Gambar 1.3. Model Client-Server dengan Dedicated Server

1.1.3 Kelebihan jaringan peer to peer
·         Implementasinya murah dan mudah
·         Tidak memerlukan software administrasi jaringan yang khusus
·         Tidak memerlukan administrator jaringan
1.1.4 Kekurangan jaringan peer to peer
·         Jaringan tidak bisa terlalu besar (tidak bisa memperbesar  jaringan)
·         Tingkat keamanan rendah
·         Tidak ada yang memanajemen jaringan
·         Pengguna komputer jaringan harus terlatih mengamankan komputer masing-masing
·         Semakin banyak mesin yang disharing, akan mempengaruhi kinerja komputer

1.1.5 Kelebihan jaringan client server
·         Mendukung keamanan jaringan yang lebih baik
·         Kemudahan administrasi ketika jaringan bertambah besar
·         Manajemen jaringan terpusat
·         Semua data bisa disimpan dan di backup terpusat di satu lokasi
1.1.6 Kekurangan jaringan client server
·         Butuh administrator jaringan yang profesional
·         Butuh perangkat bagus untuk digunakan sebagai komputer server
·         Butuh software tool operasional untuk mempermudah manajemen jaringan
·         Anggaran untuk manajemen jaringan menjadi besar
·         Bila server down, semua data dan resource diserver tidak bisa diakses

1.2  Jenis-Jenis Jaringan
Secara umum jaringan komputer  terbagi menjadi 3 jenis jaringan yaitu :

1.2.1 Local Area Network (LAN)
Sebuah LAN, adalah jaringan yang dibatasi oleh area yang relatif kecil, umumnya dibatasi oleh area lingkungan, seperti sebuah kantor pada sebuah gedung, atau tiap-tiap ruangan pada sebuah sekolah. Biasanya jarak antar node tidak lebih jauh dari sekitar 200 m.
Gambar 1.4. Local Area Network (LAN)

1.2.2 Metropolitan Area Network (MAN)
Sebuah MAN, biasanya meliputi area yang lebih besar dari LAN, misalnya antar gedung dalam suatu daerah (wilayah seperti propinsi atau negara bagian). Dalam hal ini jaringan menghubungkan beberapa buah jaringan kecil ke dalam lingkungan area yang lebih besar, sebagai contoh yaitu: jaringan beberapa kantor cabang sebuah bank didalam sebuah kota besar yang dihubungkan antara satu dengan lainnya.
Gambar 1.5. Metropolitan Area Network

1.2.3 Wide Area Network (WAN)
Wide Area Network (WAN) adalah jaringan yang biasanya sudah menggunakan media wireless, sarana satelit ataupun kabel serat optic, karena jangkauannya yang lebih luas, bukan hanya meliputi satu kota atau antar kota dalam suatu wilayah, tetapi mulai menjangkau area/wilayah otoritas negara lain.
Sebagai contoh jaringan komputer kantor City Bank yang ada di Indonesiaataupun yang ada di negara lain, yang saling berhubungan, jaringan ATMMaster Card, Visa Card atau Cirrus yang tersebar diseluruh dunia dan lain-lain.
Biasanya  WAN  lebih  rumit dan sangat kompleks bila dibandingkan LANmaupun MAN. Menggunakan banyak sarana untuk menghubungkan antara LAN dan WAN kedalam komunikasi global seperti internet, meski demikian antara LAN, MAN dan WAN tidak banyak berbeda dalam beberapa hal, hanya lingkup areanya saja yang berbeda satu diantara yang lainnya.
Gambar 1.6. Wide Area Network

Tabel 1.1. Interkoneksi berdasarkan jarak antar node

Distance Between CPUs
Location of CPUs
Name
0.1 m
Printed Circuit Board
Motherboard Personal Area Network (PAN)
1.0 m
Milimeter Mainframe
Computer System Network
10 m
Room
Local Area Network (LAN)
Your Classroom
100 m
Building
Local Area Network (LAN)
Your School
1000 m = 1 km
Campus
Local Area Network (LAN)
Stanford University
100,000 m = 100 km
Country
Wide Area Network (LAN)
Cisco System
1,000,000 m = 1,000 km
Continent
Wide Area Network (LAN)
Africa
10,000,000 m = 10,000 km
Planet
Wide Area Network (LAN)
The Internet
100,000,000 m = 100,000 km
Earth-moon system
Wide Area Network (LAN)
Earth – Satelites

Nilai-nilai yang terdapat pada tabel diatas, bukan merupakan nilai mutlak bagi jarak yang menghubungkan antar komputer, karena jarak tersebut bisa saja lebih pendek tergantung kondisi area suatu wilayah.

           

BAB II
MENGENAL HARDWARE
DAN TOPOLOGI JARINGAN KOMPUTER

2.1 Hardware Jaringan
Membangun suatu jaringan, baik itu bersifat LAN (Local Area Network) maupun WAN (Wide Area Network), kita membutuhkan media baik hardware maupun software. Beberapa media hardware yang penting didalam membangun suatu jaringan, seperti: kabel atau perangkat Wi-Fi, ethernet card, hub atau switch, repeater, bridge atau router, dll.

2.1.1 Kabel
Ada beberapa tipe (jenis) kabel yang banyak digunakan dan menjadi standar dalam penggunaan untuk komunikasi data dalam jaringan komputer. Kabel- kabel ini sebelumnya harus lulus uji kelayakan sebelum dipasarkan dan digunakan.
Perlu diingat bahwa hampir 85% kegagalan yang terjadi pada jaringan komputer disebabkan karena adanya kesalahan pada media komunikasi yang digunakan termasuk kabel dan konektor serta kualitas pemasangannya. Kegagalan lainnya bisa disebabkan faktor teknis dan kondisi sekitar.

Setiap jenis kabel mempunyai kemampuan dan spesifikasinya yang berbeda, oleh karena itu dibuatlah pengenalan tipe kabel. Ada dua jenis kabel yang dikenal secara umum dan sering dipakai untuk LAN, yaitu coaxial dan twisted pair (UTP unshielded twisted pair dan STP shielded twisted pair) .



2.1.1.1 Coaxial Cable
Dikenal dua jenis tipe kabel koaksial yang dipergunakan buat jaringan komputer, yaitu:
·         thick coax (mempunyai diameter lumayan besar) dan
·         thin coax (mempunyai diameter lebih kecil).

2.1.1.1.1 Thick coaxial cable (kabel koaksial “gemuk”)
Kabel coaxial jenis ini dispesifikasikan berdasarkan standar IEEE 802.3 - 10BASE5, dimana kabel ini mempunyai diameter rata-rata 12mm. Kabel jenis ini biasa disebut sebagai standard ethernet atau thick ethernet, atau hanya disingkat ThickNet, atau bahkan cuma disebut sebagai yellow cable karena warnanya yang kuning.
Kabel Coaxial ini jika digunakan dalam jaringan mempunyai spesifikasi dan aturan sebagai berikut::
·         Setiap ujung harus diterminasi dengan terminator 50-ohm (dianjurkan menggunakan terminator yang sudah dirakit, bukan menggunakan satu buah resistor 50 ohm 1 watt, sebab resistor mempunyai disipasi tegangan yang lumayan lebar).
·         Maksimum 3 segment dengan tambahan peralatan (attached devices, seperti repeater) atau berupa populated segments (seperti bridge).
·         Setiap kartu jaringan mempunyai kemampuan penguat sinyal (external transceiver).
·         Setiap segment maksimum berisi 100 perangkat jaringan, termasuk dalam hal ini repeaters.
·         Maksimum panjang kabel per segment adalah 1.640 feet (sekitar 500m).
·         Maksimum jarak antar segment adalah 4.920 feet (atau sekitar 1500 meter) dan setiap segment harus diberi ground.
·         Jarak maksimum antara tap atau pencabang dari kabel utama ke perangkat (device) adalah 16 feet (sekitar 5 meter).
·         Jarak minimum antar tap adalah 8 feet (sekitar 2,5 meter).

2.1.1.1.2 Thin coaxial cable (kabel koaksial “kurus”)
Kabel coaxial jenis ini banyak dipergunakan di kalangan radio amatir, terutama untuk transceiver yang tidak memerlukan output daya yang besar. Jenis yang banyak digunakan RG-8 atau RG-59 dengan impedansi 75 ohm. Jenis kabel untuk televisi juga termasuk jenis coaxial dengan impedansi 75 ohm.
Namun untuk perangkat jaringan, kabel jenis coaxial yang dipergunakan adalah (RG-58) yang telah memenuhi standar IEEE 802.3 - 10BASE2, dimana diameter rata-rata berkisar 5 mm dan biasanya berwarna hitam.
Setiap perangkat (device) dihubungkan dengan BNC T-connector. Kabel jenis ini juga dikenal sebagai thin Ethernet atau ThinNet. Kabel coaxial jenis ini, misalnya jenis RG-58 A/U atau C/U, jika di-implementasikan dengan T-connector dan terminator dalam sebuah jaringan, harus mengikuti aturan sebagai berikut:
·         Pada topologi bus, setiap ujung kabel diberi terminator 50-ohm.
·         Panjang maksimal kabel adalah 606.8 feet (185 meter) per segment.
·         Setiap segment maksimum terkoneksi sebanyak 30 perangkat jaringan (devices)
·         Kartu jaringan sudah menggunakan transceiver yang onboard, tidak perlu tambahan transceiver, kecuali untuk repeater.
·         Maksimum ada 3 segment terhubung satu sama lain (populated segment) dengan pengubung repeater 185 x 3 = 555 meter.
·         Setiap segment sebaiknya dilengkapi 1 ground.
·         Panjang minimum antar T-Connector adalah 1,5 feet (0.5 meter).

Gambar 2.1. Kabel koaxial yang telah dipasang konektor, terminator dan BNC T


Gambar 2.2. Model jaringan Ethernet BUS

2.1.1.2 Twisted Pair Cable
Selain kabel koaksial, Ethernet juga dapat menggunakan jenis kabel lain yakni UTP (Unshielded Twisted Pair) dan Shielded Twisted Pair (STP). Kabel UTP atau STP yang biasa digunakan adalah kabel yang terdiri dari 4 pasang kabel yang terpilin.
Dari 8 buah kabel yang ada pada kabel ini, hanya digunakan 4 buah saja yang digunakan untuk dapat mengirim dan menerima data (Ethernet).
Perangkat-perangkat lain yang berkenaan dengan penggunaan jenis kabel ini adalah konektor RJ-45 dan HUB.

Gambar 2.3. Kabel UTP (katagori 5) dan konektor RJ-45

Standar EIA/TIA 568 menjelaskan spesifikasi kabel UTP sebagai aturan dalam instalasi jaringan komputer. EIA/TIA menggunakan istilah kategori untuk membedakan beberapa tipe kabel UTP, Kategori untuk twisted pair yaitu:
Tabel 2.1. Tipe kabel UTP
Sumber: http://www.glossary-tech.com/cable.htm dan
http://www.firewall.cx/cabling_utp.php
Pemberian kategori 1/2/3/4/5/6/7 merupakan kategori spesifikasi untuk masing-masing kabel tembaga dan juga untuk jack. Masing-masing merupakan seri revisi atas kualitas kabel, kualitas pembungkusan kabel (isolator) dan juga untuk kualitas “belitan” (twist) masing-masing pasang kabel. Selain itu juga untuk menentukan besaran frekuensi yang bisa lewat pada sarana kabel tersebut, dan juga kualitas isolator sehingga bisa mengurangi efek induksi antar kabel (noise bisa ditekan sedemikian rupa).
Perlu diperhatikan juga, spesifikasi antara CAT5 dan CAT5enchanced mempunyai standar industri yang sama, namun pada CAT5e sudah dilengkapi dengan insulator untuk mengurangi efek induksi atau electromagnetic interference. Kabel CAT5e bisa digunakan untuk menghubungkan network hingga kecepatan 1Gbps.

Gambar 2.4. Konektor RJ-45 dan cara membedakannya

Ada dua jenis pemasangan kabel UTP yang umum digunakan pada jaringan lokal, ditambah satu jenis pemasangan khusus untuk cisco router, yakni:
·         Straight Through Cable
·         Cross Over Cable dan
·         Roll Over Cable

2.1.1.2.1 Straight Through Cable
Untuk pemasangan jenis ini, biasanya digunakan untuk menghubungkan beberapa unit komputer melalui perantara HUB / Switch yang berfungsi sebagai konsentrator maupun repeater.

Gambar 2.5. Straight Through Cable T568B

Penggunaan kabel UTP model straight through pada jaringan local biasanya akan membentuk topologi star (bintang) atau tree (pohon) dengan HUB/switch sebagai pusatnya. Jika sebuah HUB/switch tidak berfungsi, maka seluruh komputer yang terhubung dengan HUB tersebut tidak dapat saling berhubungan.
Penggunaan HUB harus sesuai dengan kecepatan dari Ethernet card yang digunakan pada masing-masing komputer. Karena perbedaan kecepatan pada NIC dan HUB berarti kedua perangkat tersebut tidak dapat saling berkomunikasi secara maksimal.
Gambar 2.6. Pemasangan Straight Through Cable dengan HUB

Penggunaan Straight Through Cable
·         PC → Hub
·         PC →Switch
·         Hub → Hub
·         Switch →Router

2.1.1.2.2 Cross Over Cable
Berbeda dengan pemasangan kabel lurus (straight through), penggunaan kabel menyilang ini digunakan untuk komunikasi antar komputer (langsung tanpa HUB), atau dapat juga digunakan untuk meng-cascade HUB jika diperlukan. Sekarang ini ada beberapa jenis HUB yang dapat di-cascade tanpa harus menggunakan kabel menyilang (cross over), tetapi juga dapat menggunakan kabel lurus.

Gambar 2.7. Cross Over Cable dan penggunaannya

Penggunaan Cross Over Cable
·         PC → PC
·         Switch → Swicth
·         Switch → Hub

2.1.1.2.3 Roll-Over Cable
Pada sistem CISCO, ada satu cara lain pemasangan kabel UTP, yang digunakan untuk menghubungkan sebuah terminal (PC) dan modem ke console Cisco Router atau console switch managible, cara ini disebut dengan Roll-Over. Kabel Roll-Over tersebut sebelumnya terkoneksi dengan DB-25 atau DB-9 Adapter sebelum ke terminal (PC).
Anda dapat mengenali sebuah kabel roll-over dengan melihat ke dua ujung kabel. Dimana warna kabel dari sisi yang satu akan berbalik pada sisi kabel di ujung yang lain. Misalnya kabel putih orange yang berada pada pin 1 ujung kabel A, akan berada pada pin 8  ujung kabel B.

Gambar 2.8. RollOver Cable dari console switch ke PC



Gambar 2.9. Cara melihat Roll-Over Cable

Gambar 2.10. Koneksi Console Terminal
Gambar 2.11. Koneksi Auxiliry port router cisco ke modem

Gambar 2.12. RJ-45 to DB-25 Adapter

Tabel 2.2.  Hubungan antar pin RJ-45 untuk pemasangan kabel Roll-over

Penggunaan kabel rolover
·         PC → console router
·         PC → console switch managible
·         Router → modem

2.1.1.3 Fiber Optic Cable
Kabel yang memiliki inti serat kaca sebagai saluran untuk menyalurkan sinyal antar terminal, sering dipakai sebagai saluran BACKBONE karena kehandalannya yang tinggi dibandingkan dengan coaxial cable atau kabel UTP. Karakteristik dari kabel ini tidak terpengaruh oleh adanya cuaca dan panas.


Gambar 2.13. Konektor dan kabel Fiber Optic


Gambar 2.14. Lapisan kabel fiber optic

2.1.1.3.1 Kemampuan Kabel Serat Optik (FO)
Fiber optik menunjukkan kualitas tinggi untuk berbagai macam aplikasi, hal ini di sebabkan:
·         Dapat mentransmisi bit rate yg tinggi,
·         Tidak sensitif pada gangguan elektromagnetik
·         Memiliki Bit Error Rate (kesalahan) kecil
·         Reliabilitas lebih baik dari kabel koaksial

2.1.1.3.2. Kondisi & tempat pemasangan kabel FO
·         Di wilayah kota, terdapat banyak lekukan dan saluran yang biasanya dipenuhi oleh kabel lain, sehingga pemasangan infrastruktur baru selalu dibuat dalam jumlah kecil, sehingga radius belokan fiber dan kabel diusahakan tetap kecil.
·         Kabel terpasang dalam bermacam-macam kondisi, seperti: di luar, dibawah tanah, di udara, dalam ruangan. Konsekuensinya banyak kondisi termal, mekanikal dan tekanan lain yang harus diterima.
·         Hindari kondisi banyaknya penyambungan, sehingga tidak memerlukan teknisi yang terlatih dan persiapan yang mudah.
·         Jangan sampai terjadi banyak tekukan & kebocoran jacket pelindung yang bisa menyebabkan kebocoran Cahaya
·         Biaya jalur koneksi global harus menjadi lebih rendah.
Gambar 2.15. contoh kebocoran cahaya akibat kesalahan pemasangan dan penyambungan kabel FO

Berikut ini merupakan tabel standarisasi kabel dari IEEE untuk kabel jenis coaxial, UTP/STP maupun Fiber Optic







Tabel 2.3. Tipe Standarisasi Kabel 1













Tabel 2.4. Tipe Standarisasi Kabel 2


2.1.2 Ethernet Card /Network Interface Card (Network Adapter)
Cara kerja Ethernet Card berdasarkan broadcast network yaitu setiap node dalam suatu jaringan menerima setiap transmisi data yang dikirim oleh suatu node yang lain. Setiap Ethernet card mempunyai alamat sepanjang 48 bit yang dikenal sebagai Ethernet address (MAC Address).
Alamat tersebut telah ditanam ke dalam setiap rangkaian kartu jaringan (NIC) yang dikenali sebagai ‘Media Access Control’ (MAC) atau lebih dikenali dengan istilah ‘hardware address’. 24 bit atau 3 byte awal merupakan kode yang telah ditentukan oleh IEEE.

Gambar 2.16. Pembagian bit pada MAC Address.


Gambar 2.17. Cara melihat MAC Address, dari Local Area Connection

Gambar 2.18. Cara melihat MAC Address, dari shell DOS dengan mengetik ipconfig /all pada SO Windows.

Kartu jaringan Ethernet biasanya dibeli terpisah dengan komputer, kecuali network adapter yang sudah onboard. Komputer Macintosh juga sudah mengikutkan kartu jaringan ethernet didalamnya. Kartu Jaringan Ethernet model 10Base umumnya telah menyediakan port koneksi untuk kabel coaxial ataupun kabel twisted pair,  jika  didesain  untuk kabel coaxial konektornya adalah BNC, dan bila didesain untuk kabel twisted pair maka akan punya port konektor RJ-45. Beberapa kartu jaringan ethernet kadang juga punya konektor AUI. Semua itu dikoneksikan dengan  coaxial, twisted pair, ataupun dengan kabel fiber optik.
Gambar 2.19. Network Interface card (dari atas ke bawah konektor RJ-45, konektor AUI, dan konektor BNC

2.1.3 Hub dan Switch (Konsentrator)
Sebuah konsentrator (Hub atau switch) adalah sebuah perangkat yang menyatukan kabel-kabel network dari tiap workstation, server  atau  perangkat lain. Dalam topologi bintang, kabel twisted pair datang dari sebuah workstation masuk kedalam hub atau switch.
Hub dan switch mempunyai  banyak  lubang port RJ-45  yang dapat dipasang konektor RJ-45 dan terhubung ke sejumlah komputer. Beberapa jenis hub dapat dipasang bertingkat (stackable) hingga 4 susun. Biasanya hub maupun switch memiliki jumlah lubang sebanyak 4 bh, 8 bh, 16 bh, hingga 24 bh.


Gambar 2.20. Beberapa komputer yang terhubung melalui sebuah hub

Switch merupakan konsentrator yang memiliki kemampuan manajemen traffic data lebih baik bila dibandingkan hub. Saat ini telah terdapat banyak tipe switch yang managible, selain dapat mengatur traffic data, juga dapat diberi IP Address.

2.1.4 Repeater
Fungsi utama repeater yaitu untuk memperkuat sinyal dengan cara menerima sinyal dari suatu segmen kabel LAN lalu memancarkan kembali dengan kekuatan yang sama dengan sinyal asli pada segmen kabel yang lain. Dengan cara ini jarak antara kabel dapat diperjauh.

Penggunaan repeater antara dua segmen atau lebih segmen kabel LAN mengharuskan penggunaan protocol physical layer yang sama antara segmen-segmen kebel tersebut misalnya repeater dapat menghubungkan dua buah segmen kabel Ethernet 10BASE2.
Gambar 2.21. Penggunaan repeater antara dua segmen

2.1.5 Bridge
Fungsi dari bridge itu sama dengan fungsi repeater tapi bridge lebih fleksibel dan lebih cerdas dari pada repeater. Bridge dapat menghubungkan jaringan yang menggunakan metode transmisi yang berbeda. Misalnya bridge dapat menghubungkan Ethernet baseband dengan Ethernet broadband.
Bridge mampu memisahkan sebagian dari trafik karena mengimplementasikan mekanisme frame filtering. Mekanisme yang digunakan di bridge ini umum disebut sebagai store and forward. Walaupun demikian broadcast traffic yang dibangkitkan dalam LAN tidak dapat difilter oleh bridge.
Terkadang pertumbuhan network sangat cepat  makanya di perlukan jembatan untuk itu. Kebanyakan Bridges dapat mengetahui masing-masing alamat dari tiap-tiap segmen komputer pada jaringan sebelahnya dan juga pada jaringan yang lain di sebelahnya  pula.
 Diibaratkan bahwa Bridges ini seperti polisi lalulintas yang mengatur  dipersimpangan  jalan  pada  saat  jam-jam sibuk. Dia mengatur agar informasi di antara kedua sisi network tetap jalan dengan baik dan teratur.
Bridges juga dapat digunakan untuk mengkoneksi network yang menggunakan tipe kabel yang berbeda ataupun topologi yang berbeda pula. Bridges dapat mengetahui alamat masing-masing komputer di masing-masing sisi jaringan.

Gambar 2.22. Bridges yang digunakan untuk mengkoneksi 2 segmen

2.1.6 Router
Sebuah Router mampu mengirimkan data/informasi dari satu jaringan ke jaringan lain yang berbeda, router hampir sama dengan bridge, meski tidak lebih pintar dibandingkan bridge, namun pengembangan perangkat router dewasa ini sudah mulai mencapai bahkan melampaui batas tuntutan teknologi yang diharapkan.

Router akan mencari jalur terbaik untuk mengirimkan sebuah pesan yang berdasarkan atas alamat tujuan dan alamat asal. Router mengetahui alamat masing-masing komputer dilingkungan jaringan lokalnya, mengetahui alamat bridges  dan router  lainnya.


Gambar 2.23. Cisco Router persfektif dari belakang

Router juga dapat mengetahui keseluruhan jaringan dengan melihat sisi mana yang paling sibuk dan bisa menarik data dari sisi yang sibuk tersebut sampai sisi tersebut bersih/clean.
Jika sebuah perusahaan mempunyai LAN dan menginginkan terkoneksi ke internet, maka mereka sebaiknya membeli dan menggunakan router,  mengapa ?

Karena kemampuan yang dimiliki router, diantaranya:
1.      router dapat menterjemahkan informasi diantara LAN anda dan internet
2.      router akan mencarikan alternatif jalur yang terbaik untuk mengirimkan data melewati internet
3.      mengatur jalur sinyal secara effisien dan dapat mengatur data yang mengalir diantara dua buah protocol
4.      dapat mengatur aliran data diantara topologi jaringan linear Bus dan Star
5.      dapat mengatur aliran data melewati kabel fiber optic, kabel koaksial ataukabel twisted pair.

Gambar 2.24. Simbol Network Device

2.2 Topologi Jaringan
Topologi jaringan atau arsitektur jaringan adalah gambaran perencanaan hubungan antar komputer dalam Local Area Network, yang umumnya menggunakan kabel (sebagai media transmisi), dengan konektor, ethernet card dan perangkat pendukung lainnya.

Ada beberapa jenis topologi yang sering terdapat pada hubungan komputer pada jaringan local area, seperti:



2.2.1 Topologi Bus
Topologi ini merupakan bentangan satu kabel yang kedua ujungnya ditutup, dimana sepanjang kabel terdapat node-node. Signal dalam kabel dengan topologi ini dilewati satu arah sehingga memungkinkan sebuah collision terjadi.
Keuntungan:
·         murah, karena tidak memakai banyak media, kabel yang dipakai sudah umum (banyak tersedia dipasaran)
·         setiap komputer dapat saling berhubungan langsung.
Kerugian:
·         Sering terjadi hang / crass talk, yaitu bila lebih dari satu pasang memakai jalur diwaktu yang sama, harus bergantian atau ditambah relay.

2.2.2 Topologi Ring
Topologi jaringan yang berupa lingkaran tertutup yang berisi node-node. Signal mengalir dalam dua arah sehingga dapat menghindarkan terjadinya collision, sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan data yang sangat cepat.
Semua komputer saling tersambung membentuk lingkaran (seperti bus tetapi ujung-ujung bus disambung). Data yang dikirim diberi address tujuan sehingga dapat menuju komputer yang dituju. Tiap stasiun (komputer) dapat diberi repeater (transceiver) yang berfungsi sebagai:
·         Listen State
Tiap bit dikirim kembali dengan mengalami delay waktu.
·         Transmit State
Bila bit yang berasal dari paket lebih besar dari ring maka repeater akan mengembalikan ke pengirim. Bila terdapat beberapa paket dalam ring, repeater yang tengah memancarkan, menerima bit dari paket yang tidak dikirimnya harus menampung dan memancarkan kembali.
·         Bypass State
Berfungsi untuk menghilangkan delay waktu dari stasiun yang tidak aktif.
Keuntungan:
·         Kegagalan koneksi akibat gangguan media, dapat diatasi dengan jalur lain yang masih terhubung.
·         Penggunaan sambungan point to point membuat transmission error dapat diperkecil
Kerugian:
·         Data yang dikirim bila melalui banyak komputer, transfer data menjadi lambat.

2.2.3 Topologi Star
Karakteristik dari topologi jaringan ini adalah node (station) berkomunikasi langsung dengan station lain melalui central node (hub/switch), traffic data mengalir dari node ke central node dan diteruskan ke node (station) tujuan.
Jika salah satu segmen kabel putus, jaringan lain tidak akan terputus.
Keuntungan:
·         Akses ke station lain (client atau server) cepat
·         Dapat menerima workstation baru selama port di centralnode (hub/switch) tersedia.
·         Hub/switch bertindak sebagai konsentrator.
·         Hub/switch dapat disusun seri (bertingkat) untuk menambah jumlah station yang terkoneksi di jaringan.
·         User dapat lebih banyak dibanding topologi bus, maupun ring.
Kerugian:
Bila traffic data cukup tinggi dan terjadi collision, maka semua komunikasi akan ditunda, dan koneksi akan dilanjutkan/dipersilahkan dengan cara random, apabila hub/switch mendetect tidak ada jalur yang sedang dipergunakan oleh node lain.

2.2.4 Topologi Tree / Hierarchical (Hirarki)
Tidak semua stasiun mempunyai kedudukan yang sama. Stasiun yang kedudukannya lebih tinggi menguasai stasiun dibawahnya, sehingga jaringan sangat tergantung dengan stasiun yang kedudukannya lebih tinggi (hierarchical topology) dan kedudukan stasiun yang sama disebut peer topology.

2.2.5 Topologi Mesh dan Full Connected
Topologi jaringan ini menerapkan hubungan antar sentral secara penuh. Jumlah saluran harus disediakan untuk membentuk jaringan Mesh adalah jumlah sentral dikurangi 1 (n-1, n = jumlah sentral). Tingkat kerumitan jaringan sebanding dengan meningkatnya jumlah sentral yang terpasang. Dengan demikian disamping kurang ekonomis juga relatif mahal dalam pengoperasiannya.
Topologi mesh ini merupakan teknologi khusus (ad hock) yang tidak dapat dibuat dengan pengkabelan, karena sistemnya yang rumit, namun dengan teknologi wireless topologi ini sangat memungkinkan untuk diwujudkan (karena dapat dipastikan tidak akan ada kabel yang berseliweran).
Biasanya untuk memperkuat sinyal transmisi data yang dikirimkan, ditengah-tengah (area) antar komputer yang kosong di tempatkan perangkat radio (air point) yang berfungsi seperti repeater untuk memperkuat sinyal sekaligus bisa mengatur arah komunikasi data yang terjadi.

2.2.6 Topologi Hybrid
Topologi ini merupakan topologi gabungan dari beberapa topologi yang ada, yang bisa memadukan kinerja dari beberapa topologi yang berbeda, baik berbeda sistem maupun berbeda media transmisinya.

Gambar 2.25. Beberapa jenis topologi

2.3 Teknik Penyaluran Sinyal
Komunikasi data antar komputer dalam topologi jaringan memerlukan teknik penyaluran sinyal agar data yang terkirim sesuai keadaan yang sebenarnya atau sesuai keinginan. Secara detail tentang bagaimana sinyal-sinyal tersebut terkirim, tidak kita bahas pada buku ini, karena memerlukan referensi tersendiri dan pengetahuan mendalam tentang teknologi analog maupun digital.
Namun secara singkat dapat diuraikan bahwa teknik penyaluran sinyal menunjukkan cara penyaluran sinyal dalam saluran media transmisi, dengan menggunakan teknik:
Baseband
Menggunakan sinyal  digi tal . Transmisi yang digunakan bersifat bidirectional dan dipakai hanya untuk topologi bus yang  jangkauannya pendek. Media yang digunakan kabel coaxial (50 ohm), dengan spesifikasi IEEE 802.3 (Ethernet), bila inti kabel coaxial berdiameter 0.4 inch dan data rate 10 Mbps, maka dengan perangkat ini kita dapat menjangkau jarak 500 m (dikenal dengan sebutan 10BASE5). Untuk jarak yang lebih jauh dapat digunakan repeater.
Broadband
Menggunakan sinyal  analog dengan Frequency Division Mul t iplexing (FDM). Spektrum media transmisi dapat dibagi sesuai keperluan, jarak yang dijangkau lebih jauh dibanding baseband dan mendukung topologi tree.

Broadband merupakan hubungan undirectional yang penuh, yang mengharuskan ada dua saluran data. Semua stasiun mengirim sinyal melalui inbound dan menerima sinyal dari saluran outbound dengan cara :
·         Memakai dua kabel terpisah (dual cable), atau
·         Memakai satu kabel dengan frekuensi modulasi berbeda (split)
·         Memakai media transmisi kabel coaxial 75 ohm dan data selalu dimodulasi terlebih dahulu, lebih baik dari baseband karena dapat mengirimkan voice dan video secara bersamaan.

2.4 Prinsif Penyaluran Sinyal
Transmisi pada Local Area Network hingga Wide Area network dapat dibagi ke dalam tiga kategori utama, yaitu : unicast, multicast dan broadcast yang masing-masing akan kita bahas berikut ini :

2.4.1 Unicast
Unicast merupakan transmisi jaringan point to point (one to one). Ketika digunakan, satu sistem tunggal hanya mencoba berkomunikasi dengan satu sistem lainnya. Jaringan point to point biasanya digunakan pada jaringan yang besar, dengan menghubungkan jaringan lokal ke jaringan lain melalui satu titik akses point.
Gambar 2.26 Koneksi jaringan point to point menggunakan teknologi wireless (microwave 15 GHz)

Bila satu paket data akan dikirimkan ke mesin (node) lain dijaringan yang lain, maka paket tersebut harus melewati satu atau lebih node yang lain yang berfungsi sebagai perantara. Node perantara ini dapat juga merupakan komputer gateway yang berfungsi sebagai gerbang keluar masuknya paket data dari satu jaringan ke jaringan yang lain.
Pada jaringan Ethernet, penggunaan unicast dapat diketahui dengan melihat MAC Address asal dan tujuan yang merupakan alamat host yang unik. Pada jaringan yang menggunakan IP, alamat IP asal dan tujuan merupakan alamat yang unik (tidak akan sama satu dengan yang lain).
Ketika sistem berhubungan dengan frame jaringan, ia akan selalu memeriksa MAC Address miliknya untuk melihat apakah frame tersebut ditujukan untuk dirinya, Jika MAC Address-nya cocok dengan sistem tujuan, maka ia akan memprosesnya. Jika tidak, frame tersebut akan diabaikan

Gambar 2.27. Pengiriman Packet data ke Unicast Address

Ingat…!!!, ketika dihubungkan ke hub, semua sistem dapat melihat semua frame yang dikirimkan melalui jaringan, karena mereka semua bagian dari collision domain yang sama.

2.4.2 Multicast
Multicast merupakan transmisi yang dimaksudkan untuk banyak tujuan, tetapi tidak harus semua host. Oleh karena itu, multicast dikenal sebagai metode tranmisi one to many (satu kebanyak) atau jaringan point to multipoint.


Gambar 2.28 Koneksi jaringan point to multipoint menggunakan teknologi wireless (wi-fi  2,4 GHz)

Multicast digunakan dalam kasus-kasus tertentu, misalnya ketika sekelompok komputer perlu menerima transmisi tertentu. Salah satu contohnya adalah streaming audio atau video. Misalkan banyak komputer ingin menerima transmisi video pada waktu yang bersamaan. Jika data tersebut dikirimkan ke setiap komputer secara individu, maka diperlukan beberapa aliran data. Jika data tersebut dikirimkan sebagai broadcast, maka tidak perlu lagi proses untuk semua system. Dengan multicast data tersebut hanya dikirim sekali, tetapi diterima oleh banyak system.
Protokol-protokol tertentu menggunakan range alamat khusus untuk multicast. Sebagai contoh, alamat IP dalam kelas D telah direservasi untuk keperluan multicast. Jika semua host perlu menerima data video, mereka akan menggunakan alamat IP multicast yang sama. Ketika mereka menerima paket yang ditujukan ke alamat tersebut, mereka akan memprosesnya.


Gambar 2.29 Pengiriman packet data ke alamat multicast

Ingat…!!!, bahwa setiap NIC selain memiliki MAC Address (dari vendor pembuat ethernet card atau network adapter), ia juga memiliki alamat IP sendiri-sendiri, selain itu mereka juga mendengarkan alamat multicast mereka. Dalam teknologi pengiriman data SMS (Short Message Service) antar pengguna telephone selular, teknik multicast ini digunakan untuk menjelaskan bagaimana sebuah pesan yang dikirimkan dari satu ponsel dapat diterima oleh banyak ponsel lain (dari satu operator atau berbeda operator), atau juga sebuah pesan yang dikirimkan oleh operator selular yang biasanya berupa info layanan, berita, iklan dll, akan diterima oleh banyak ponsel lain dalam satu jaringan atau area layanan operator selular tersebut.

2.4.3 Broadcast
Jenis transmisi jaringan yang terakhir adalah broadcast, yang juga dikenal sebagai metode transmisi one to all (satu kesemua). Sistem broadcast juga dapat digunakan untuk menjelaskan bila ada paket-paket data yang dikirimkan dari satu mesin akan diterima oleh mesin-mesin lainnya dalam satu jaringan atau subnet jaringan lainnya. Pada jaringan Ethernet, broadcast dikirim ke alamat tujuan khusus, yaitu, FF-FF-FF-FF-FF-FF-FF atau dengan oktet terakhir berisi bit 11111111. Broadcast ini harus diproses oleh semua host yang berada dalam broadcast domain yang ditentukan.

Gambar 2.30 Pengiriman packet data ke alamat broadcast

Field alamat pada sebuah paket berisi keterangan tentang kepada siapa paket itu dialamatkan. Saat menerima sebuah paket, mesin akan men-cek field alamat, bila alamat tersebut ditujukan untuk dirinya, maka paket tersebut akan diterima, namun bila alamat tersebut bukan ditujukan buat dirinya, maka paket tersebut akan diabaikan. Walaupun broadcast cenderung membuang resource, beberapa protokol seperti ARP, sangat bergantung kepadanya, dengan demikian, terjadinya beberapa traffic broadcast tidak dapat dihindari.

2.4.4 Broadcast ICMP
Cara termudah untuk mengetahui host yang hidup pada sebuah target jaringan adalah dengan mengirimkan ICMP echo request ke broadcast address pada target jaringan tersebut. Sebuah permintaan (request) akan dikirim secara broadcast kesemua host pada target network. Host yang hidup akan mengirimkan ICMP echo reply.

Gambar 2.31. Broadcast ICMP

BAB III
TCP/IP & IP ADDRESS

3.1 Konsep Dasar TCP/IP
3.1.1 Apa itu TCP/IP ?

TCP/IP adalah sekumpulan protokol yang terdapat di dalam jaringan komputer (network) yang digunakan untuk berkomunikasi atau bertukar data antar komputer. TCP/IP merupakan standard protokol pada jaringan internet yang menghubungkan banyak komputer yang berbeda jenis mesin maupun sistem operasinya agar dapat berinteraksi satu sama lain.


Gambar 3.1. Beberapa protokol yang terdapat pada TCP/IP

3.1.2 Apa yang membuat TCP/IP menjadi penting ?
Karena TCP/IP merupakan protokol yang telah diterapkan pada hampir semua perangkat keras dan sistem operasi, maka rasanya tidak ada rangkaian protokol lain yang begitu powerfull kemampuannya untuk dapat bekerja pada semua lapisan perangkat keras dan sistem operasi seperti berikut ini
a. Novell Netware.
b. Mainframe IBM.
c. Sistem Digital VMS.
d. Microsoft Windows Server.
e. Server & workstation UNIX, LinuX, FreeBSD, Open BSD.
f. Macintosh.
g. PC DOS dan lain-lain.

3.1.3 Bagaimana awalnya keberadaan TCP/IP ?
Konsep TCP/IP berawal dari kebutuhan DoD (Departement of Defense) USA akan suatu komunikasi di antara berbagai variasi komputer yang telah ada. Komputer-komputer DoD ini seringkali harus menghubungkan antara satu organisasi peneliti dengan organisasi peneliti lainnya. Komputer tersebut harus tetap berhubungan karena terkait dengan pertahanan negara dan sumber informasi harus tetap berjalan meskipun terjadi bencana alam besar, seperti ledakan nuklir, dll sbg. Oleh karenanya pada tahun 1969 dimulailah penelitian terhadap serangkaian protokol TCP/IP.
Adapun tujuan-tujuan penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Terciptanya protokol-protokol umum, (DoD memerlukan suatu protocol yang dapat dipergunakan untuk semua jenis jaringan).
2.      Meningkatkan efisiensi komunikasi data.
3.      Dapat dipadukan dengan teknologi WAN (Wide Area Network) yang telah ada
4.      Mudah dikonfigurasikan.
Tahun 1968 DoD ARPAnet (Advanced Reseach Project Agency) memulai penelitian yang kemudian menjadi cikal bakal packet switching. Packet switching inilah yang memungkinkan komunikasi antara lapisan network, dimana data dijalankan dan disalurkan melalui jaringan dalam bentuk unit-unit kecil yang disebut packet. Tiap-tiap packet ini membawa informasi alamatnya masing-masing yang ditangani dengan khusus oleh jaringan tersebut dan tidak tergantung dengan paket-paket lain. Jaringan yang dikembangkan ini, yang menggunakan ARPAnet sebagai tulang punggungnya, menjadi terkenal sebagai internet.

Protokol-protokol TCP/IP dikembangkan lebih lanjut pada awal 1980 dan menjadi protokol standard untuk ARPAnet pada tahun 1983. Protokol-protokol ini mengalami peningkatan popularitas di komunitas pemakai ketika TCP/IP dapat di implementasikan dengan sangat baik pada versi 4.2 BSD (Berkeley Standard Distribution) UNIX. Versi ini digunakan secara luas pada institusi penelitian dan pendidikan serta digunakan sebagai dasar dari beberapa penerapan UNIX komersial, termasuk SunOS dari Sun dan Ultrix dari Digital.

3.1.4 Layanan apa saja yang diberikan oleh TCP/IP ?
Beberapa layanan "tradisional" yang dilakukan TCP/IP, diantaranya :
a. Pengiriman File – File Transfer Protocol (FTP)
b. Remote Login – Network Terminal Protocol (Telnet)
c. E-mail – SMTP (Simple Mail Transfer Protocol)
d. Network File System (NFS)
e. Remote Execution


3.1.5 Bagaimana TCP dan IP bekerja ?
Seperti yang telah dikemukakan diatas, TCP dan IP hanyalah merupakan protokol yang bekerja pada suatu layer dan menjadi penghubung antara satu komputer dengan komputer lainnya dalam network, meskipun ke dua komputer tersebut memiliki OS yang berbeda. Untuk mengerti lebih jauh mari kita tinjau proses pengiriman sebuah email.
Dalam pengiriman email ada beberapa prinsip dasar yang harus dilakukan:
·         Pertama, mencakup hal-hal umum seperti siapa yang mengirim email, siapa yang menerima email tersebut serta isi dari email tersebut.
·         Kedua, bagaimana cara agar email tersebut sampai ketujuannya yang benar.
Dari konsep ini kita dapat mengetahui bahwa pengirim email memerlukan "perantara" yang memungkinkan emailnya sampai ketujuan (seperti layaknya pak pos), dan ini adalah tugas dari protokol TCP dan IP.

Antara TCP dan IP ada pembagian tugas masing-masing:
·         TCP merupakan connection-oriented, yang berarti bahwa kedua komputer yang ikut serta dalam pertukaran data harus melakukan hubungan terlebih dulu sebelum pertukaran data berlangsung (dalam hal ini email). Selain itu TCP juga bertanggungjawab untuk menyakinkan bahwa email tersebut akan sampai ke tujuan, memeriksa kesalahan dan mengirimkan error kelapisan atas hanya bila TCP tidak berhasil melakukan hubungan (hal inilah yang membuat TCP sukar untuk dikelabuhi). Jika isi email tersebut terlalu besar untuk satu datagram, TCP akan membaginya kedalam beberapa datagram.
·         IP bertanggung jawab setelah hubungan berlangsung, tugasnya adalah untuk me-rute-kan paket data, didalam network. IP hanya bertugas sebagai kurir dari TCP dan mencari jalur yang terbaik dalam penyampaian datagram, IP "tidak bertanggung jawab" jika data tersebut tidak sampai dengan utuh (hal ini disebabkan IP tidak memiliki informasi mengenai isi data yang dikirimkan), namun IP akan mengirimkan pesan kesalahan (error message) melalui ICMP, jika hal ini terjadi dan kemudian kembali ke sumber data.

Karena IP "hanya" mengirimkan data "tanpa" mengetahui urutan data mana yang akan disusun berikutnya, maka hal ini menyebabkan IP mudah untuk dimodifikasi di daerah "sumber dan tujuan" datagram. Hal inilah yang menjadi penyebab banyaknya paket data yang hilang sebelum sampai ketujuan.
Datagram dan paket sering dipertukarkan penggunaanya. Secara teknis, datagram merupakan unit dari data, yang tercakup dalam protokol. ICPM adalah kependekan dari Internet Control Message Protocol yang bertugas memberikan pesan-pesan kesalahan dan kondisi lain yang memerlukan perhatian khusus. Pesan/paket ICMP dikirim jika terjadi masalah pada layer IP dan layer diatasnya (TCP dan UDP




Gambar 3.2. Akibat kegagalan mengirim pesan, Pesan kesalahan ICMP disampaikan kesumber alamat pengirim

Berikut adalah beberapa pesan potensial yang sering timbul:
a.       Destination unreachable, terjadi jika host, jaringan, port atau protocol tertentu tidak dapat dijangkau.
b.      Time exceded, dimana datagram tidak bisa dikirim karena time to live habis.
c.       Parameter problem, terjadi kesalahan parameter dan letak octet dimana kesalahan terdeteksi.
d.      Source quench, terjadi karena router/host tujuan membuang datagram karena batasan ruang buffer atau karena datagram tidak dapat diproses.
e.       Redirect, pesan ini memberi saran kepada host asal datagram mengenai router yang lebih tepat untuk menerima datagram tsb.
f.       Echo request dan echo reply message, pesan ini saling mempertukarkan data antara host.

3.2 IP ADDRESS Versi 4
IP Address merupakan pengenal yang digunakan untuk memberi alamat pada tiap-tiap komputer dalam jaringan. Format IP address adalah bilangan 32 bit yang tiap 8 bit-nya dipisahkan oleh tanda titik. Adapun format IP Address dapat berupa bentuk ‘biner’ (xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx dengan x merupakan bilangan biner 0 atau 1). Atau dengan bentuk empat bilangan desimal yang masing-masing dipisahkan oleh titik,  bentuk ini dikenal dengan
‘dot ted decimal ’ (xxx.xxx.xxx.xxx adapun xxx merupakan nilai dari 1 oktet yang berasal dari 8 bit).
Dikenal dua cara pembagian IP Address, yakni: classfull dan classless addressing.

3.2.1 Classfull Addressing
Classfull merupakan metode pembagian IP address berdasarkan klas, dimana IP address (yang berjumlah sekitar 4 milyar) dibagi kedalam lima kelas yakni:

Kelas A
Format                         : 0nnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh.hhhhhhhh
Bit pertama                 : 0
Panjang NetID            : 8  bit
Panjang HostID          : 24 bit
Byte pertama               : 0-127
Jumlah                         : 126 Kelas A (0 dan 127 dicadangkan)
Range IP                     : 1.xxx.xxx.xxx sampai 126.xxx.xxx.xxx
Jumlah IP                    : 16.777.214 IP Address disetiap Kelas A
Dekripsi                       : Diberikan untuk jaringan dengan jumlah host
  yang besar

Kelas B
Format                         : 10nnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh
Bit pertama                 : 10
Panjang NetID            : 16 bit
Panjang HostID          : 16 bit
Byte pertama               : 128-191
Jumlah                         : 16.384 Kelas B
Range IP                     : 128.0.xxx.xxx sampai 191.255.xxx.xxx
Jumlah IP                    : 65.532 IP Address pada setiap Kelas B
Deskripsi                     : Dialokasikan untuk jaringan besar dan sedang

Kelas C
Format                         : 110nnnnn.nnnnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh
Bit pertama                 : 110
Panjang NetID            : 24 bit
Panjang HostID          : 8 bit
Byte pertama               : 192-223
Jumlah                         : 2.097.152 Kelas C
Range IP                     : 192.xxx.xxx.xxx s/d 223.255.255.xxx
Jumlah IP                    : 254 IP Address pada setiap Kelas C
Deskripsi                     : Digunakan untuk jaringan berukuran kecil

Kelas D
Format                         : 1110mmmm.mmmmmmm.mmmmmmm.
  mmmmmmm
Bit pertama                 : 1110
Bit multicast                : 28 bit
Byte inisial                  : 224-247
Deskripsi                     : Kelas D digunakan untuk keperluan
  IPmulticasting

Kelas E
Format                         : 1111rrrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr
Bit pertama                 : 1111
Bit cadangan                           : 28 bit
Byte inisial                  : 248-255
Deskripsi                     : Kelas E dicadangkan untuk keperluan
  eksperimen.
3.2.2 Classless Addressing
Metode classless addressing (pengalamatan tanpa klas) saat ini mulai banyak diterapkan, yakni dengan pengalokasian IP Address dalam notasi Classless Inter Domain Routing (CIDR). Istilah lain yang digunakan untuk menyebut bagian IP address yang menunjuk  suatu jaringan secara lebih spesifik, disebut juga dengan Network Prefix.
Biasanya dalam menuliskan network prefix suatu kelas IP Address digunakan tanda garis miring (Slash) “/”, diikuti dengan angka yang menunjukan panjang network prefix ini dalam bit.
Misalnya, ketika menuliskan network kelas A dengan alokasi IP 12.xxx.xxx.xxx, network prefixnya dituliskan sebagai 12/8. Angka /8 menunjukan notasi CIDR yang merupakan jumlah bit yang digunakan oleh network prefix, yang berarti netmask-nya 255.0.0.0 dengan jumlah maksimum host pada jaringan sebanyak 16.777.214 node.
Contoh lain untuk menunjukan suatu network kelas B 167.205.xxx.xxx digunakan: 167.205/18. Angka /18 merupakan notasi CIDR, yang berarti netmask yang digunakan pada jaringan ini adalah 255.255.192.0 dengan jumlah maksimum host pada jaringan sebanyak 16.382 node.

3.2.3 Pengalokasian IP address
IP Address terdiri atas dua bagian yaitu network ID dan host ID. Network ID menunjukkan nomor network, sedangkan hostID meng-identifkasi-kan host dalam satu network. Pengalokasian IP address pada dasarnya ialah proses memilih network ID dan host ID yang tepat untuk suatu jaringan. Tepat atau tidaknya konfigurasi ini tergantung dari tujuan yang hendak dicapai, yaitu mengalokasikan IP address se-efisien mungkin.

Terdapat beberapa aturan dasar dalam menentukan network ID dan host ID yang hendak digunakan. Aturan tersebut adalah :
·         Network ID 127.0.0.1 tidak dapat digunakan karena ia secara default digunakan dalam keperluan ‘loop-back’. (‘Loop-Back’ adalah IP address yang digunakan komputer untuk menunjuk dirinya sendiri).
·         Host ID tidak boleh semua bitnya diset 1 (contoh klas A: 126.255.255.255), karena akan diartikan sebagai alamat broadcast. ID broadcast merupakan alamat yang mewakili seluruh anggota jaringan. Pengiriman paket ke alamat ini akan menyebabkan paket ini didengarkan oleh seluruh anggota network tersebut.
·         Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 0 (seluruh bit diset 0 seperti 0.0.0.0), Karena IP address dengan host ID 0 diartikan sebagai alamat network. Alamat network adalah alamat yang digunakan untuk menunjuk suatu jaringan, dan tidak menunjukan suatu host.
·         Host ID harus unik dalam suatu network (dalam satu network, tidak boleh ada dua host dengan host ID yang sama).

Aturan lain yang menjadi panduan network engineer dalam menetapkan IP Address yang dipergunakan dalam jaringan lokal adalah sebagai berikut:
0/8 →0.0.0.1 s.d. 0.255.255.254 Hosts/Net: 16.777.214
10/8 →10.0.0.1 s.d. 10.255.255.254 Hosts/Net: 16.777.214
127/8 →127.0.0.1 s.d. 127.255.255.254 Hosts/Net: 16.777.214
169.254/16→ 169.254.0.1 s.d. 169.254.255.254 Hosts/Net: 65.534
172.16/12 → 172.16.0.1 s.d. 172.31.255.254 Hosts/Net:1.048.574
192.0.2/24 →192.0.2.1 s.d. 192.0.2.254 Hosts/Net:254
192.168/16 →192.168.0.1 s.d. 192.168.255.254 Hosts/Net:65.534
dan semua space dari klas D dan E dapat digunakan untuk IP Address local area network, karena IP ini tidak digunakan (di publish) di internet.

Filtered source addresses
0/8                               ! broadcast
10/8                             ! RFC 1918 private
127/8                           ! loopback
169.254.0/16               ! link local
172.16.0.0/12              ! RFC 1918 private
192.0.2.0/24                ! TEST-NET
192.168.0/16               ! RFC 1918 private
224.0.0.0/4                  ! class D multicast
240.0.0.0/5                  ! class E reserved
248.0.0.0/5                  ! reserved
255.255.255.255/32    ! broadcast

IP address, subnet mask, broadcast address merupakan dasar dari teknik routing di Internet. Untuk memahami ini, semua kemampuan matematika khususnya matematika boolean, atau matematika binary akan sangat membantu memahami konsep routing Internet dan pengalamatan IP.

3.2.4 Alokasi IP Address di Jaringan
Teknik subnet merupakan cara yang biasa digunakan untuk mengalokasikan sejumlah alamat IP di sebuah jaringan (LAN atau WAN). Teknik subnet menjadi penting bila kita mempunyai alokasi IP yang terbatas misalnya hanya ada 200 IP untuk 200 komputer yang akan di distribusikan ke beberapa LAN.
Untuk memberikan gambaran, misalkan kita mempunyai alokasi alamat IP dari 192.168.1/24 untuk 254 host, maka parameter yang digunakan untuk alokasi tersebut adalah:

255.255.255.0 - subnet mask LAN
192.168.1.0 - netwok address LAN.
192.168.1.1 s/d 192.168.1.254 – IP yang digunakan host LAN
192.168.1.255 - broadcast address LAN
192.168.1.25 - contoh IP salah satu workstation di LAN.

Perhatikan bahwa,
·         Alamat IP pertama 192.168.1.0 tidak digunakan untuk workstation, tapi untuk menginformasikan bahwa LAN tersebut menggunakan alamat 192.168.1.0. Istilah keren-nya alamat IP 192.168.1.0 di sebut network address.
·         Alamat IP terakhir 192.168.1.255 juga tidak digunakan untuk workstation, karena digunakan untuk alamat broadcast. Alamat broadcast digunakan untuk memberikan informasi ke seluruh workstation yang berada di network 192.168.1.0 tersebut. Contoh informasi broadcast adalah informasi routing menggunakan Routing Information Protocol (RIP).
·         Subnetmask LAN 255.255.255.0, dalam bahasa yang sederhana dapat diterjemahkan bahwa setiap bit “1” menunjukan posisi network address, sedang setiap bit “0” menunjukkan posisi host address.

Konsep network address dan host address menjadi penting sekali berkaitan erat dengan subnet mask. Perhatikan dari contoh di atas maka  alamat yang digunakan adalah :
192.168.1.0     network address =
11000000.10101000.00000000.00000000
192.168.1.1     host ke 1 =11000000.10101000.00000000.00000001
192.168.1.2     host ke 2 =11000000.10101000.00000000.00000010
192.168.1.3     host ke 3 =11000000.10101000.00000000.00000011
……
192.168.1.254 host ke 254 =
11000000.10101000.00000000.11111110
192.168.1.255 broacast address =
                        11000000.10101000.00000000.11111111
Perhatikan bahwa angka 192.168.1 tidak pernah berubah sama sekali. Hal ini menyebabkan network address yang digunakan 192.168.1.0. Jika diperhatikan maka 192.168.1 terdiri dari 24 bit yang konstan tidak berubah, dan hanya 8 bit terakhir (bit hostID) yang berubah. Tidak heran kalau netmask yang digunakan adalah binary 11111111.11111111.11111111.00000000 (desimal =
255.255.255.0). Walaupun alamat IP workstation tetap, tetapi netmask yang digunakan dimasing-masing router akan berubah-ubah bergantung pada posisi router dalam jaringan.

3.2.5 Alokasi Alamat IP
APJII mendapatkan pendelegasian wewenang dari APNIC untuk membagikan IP Address di Indonesia. PJI (ISP) di Indonesia akan memperoleh manfaat karena tidak perlu lagi menjadi anggota langsung dari APNIC (dengan biaya keanggotaan berkisar 2,500 – 10,000 USD per tahun) untuk mendapatkan alokasi IP address. Hal ini dapat juga dilihat sebagai upaya penghematan devisa.
Perusahaan yang membutuhkan alamat IP yang independen terhadap ISP juga dapat dilayani oleh APJII, dengan biaya alokasi yang akan ditetapkan kemudian.



3.2.6 Hirarki Pendistribusian IP Address v4
·         Address IPv4 didistribusikan sesuai dengan struktur hirarki yang dijabarkan secara sederhana, seperti struktur berikut:

Gambar 4.3. Hirarki distribusi address space IPv4

·         Sejarahnya pengaturan nomor IP dan nama host diatur secara tersentral oleh IANA (Internet Assigned Numbers Authority), dimotori oleh Jon Postel (August 6, 1943 - October 16, 1998)
·         Daftar tabel di-download secara berkala

Keterangan :
1.      ICANN : Internet Corporation For Assigned Names and Numbers
2.      ASO : The Address Supporting Organization
3.      IANA : Internet Assigned Numbers Authority
4.      APNIC : Asia Pasific Network Information Center
5.      ARIN : American Registry for Internet Numbers
6.      LACNIC    : Latin American and Caribbean Internet Addresses Registry NIC
7.      RIPENCC : RIPE Network Coordination Centre (RIPE: Réseaux IP Européens)
8.      AfriNIC : African Network Information Center
9.      NIR : National Internet Registry
10.  LIR : Local Internet Registry
11.  ISP : Internet Sevice Provider
12.  EU : End user

ICANN mendelegasikan pendistribusian resource yang terkait dengan Address Space kepada ASO, IANA, dan DNSO. IANA mengalokasikan address space pada APNIC, untuk didistribusikan kembali ke seluruh kawasan Asia Pasifik.
APNIC mengalokasikan address space kepada Internet Registries (IRs) dan juga mendelegasikan wewenang kepada mereka untuk melakukan pendelegasian dan pengalokasian. Dalam beberapa kasus APNIC mendelegasikan address space kepada end-user/pengguna akhir. IR nasional dan lokal mengalokasikan dan mendelegasikan address space kepada anggota mereka dan para konsumen dibawah pengawasan APNIC sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
Bila ingin menggunakan IP Address Public yang dapat dikenali di internet, maka kita harus berhubungan dengan ISP tempat kita berlangganan koneksi internet, ISP nantinya yang akan mengalokasikan IP yang mereka punya ke anda.
Berikutnya untuk nama domain, anda harus memeriksakan apakah domain yang anda inginkan sudah didaftarkan fihak lain atau belum (cek di http://www.domainregistry.com/), kemudian mendaftarkan atau membeli domain name yang akan digunakan, Anda bisa minta bantuan ISP terdekat untuk hal ini, atau kontak langsung ke NSI atau reseller lain.

Gambar 4.4. Internet Map Region

BAB IV
SUBNET & KONSEP ROUTING

4.1 Subnet
Jumlah IP Address Versi 4 sangat terbatas, apalagi jika harus memberikan alamat semua host di Internet. Oleh karena itu, perlu dilakukan efisiensi dalam penggunaan IP Address tersebut supaya dapat mengalamati semaksimal mungkin host yang ada dalam satu jaringan.
Konsep subnetting dari IP Address merupakan teknik yang umum digunakan di Internet untuk mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP Address.
Subnetting merupakan proses memecah satu kelas IP Address menjadi beberapa subnet dengan jumlah host yang lebih sedikit, dan untuk menentukan batas network ID dalam suatu subnet, digunakan subnet mask.
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa selain menggunakan metode classfull untuk pembagian IP address, kita juga dapat menggunakan metode classless addressing (pengalamatan tanpa klas), menggunakan notasi penulisan singkat dengan prefix.
Metode ini merupakan metode pengalamatan IPv4 tingkat lanjut, muncul karena ada ke-khawatiran persediaan IPv4 berkelas tidak akan mencukupi kebutuhan, sehingga diciptakan metode lain untuk memperbanyak persediaan IP address.

4.1.1 Classless Inter-Domain Routing (CIDR)
Diperkenalkan oleh lembaga IETF pada tahun 1992, merupakan konsep baru untuk mengembangkan Supernetting dengan Classless Inter-Domain Routing.
CIDR menghindari cara pemberian IP Address tradisional menggunakan klas A, B dan C. CIDR menggunakan “network prefix” dengan panjang tertentu. Prefix-length menentukan jumlah “bit sebelah kiri” yang akan dipergunakan sebagai network ID.
Jika suatu IP Address memiliki 16 bit sebagai network ID, maka IP address tersebut akan diberikan prefix-length 16 bit yang umumnya ditulis sebagai /16 dibelakang IP Address, contoh: 202.152.0.1/18. Oleh karena tidak mengenal kelas, CIDR dapat mengalokasikan kelompok IP address dengan lebih efektif. Seperti contoh, jika satu blok IP address (202.91.8/26) dialokasikan untuk sejumlah host (komputer) yang akan dibagi dalam beberapa jaringan (subnet), maka setiap bagian (segmen/subnet) akan menerima porsi IP address yang sama satu sama lain.
Subnet 1 = 62 host – network address = 202.91.8.0/26
Subnet 2 = 62 host – network address = 202.91.8.64/26
Subnet 3 = 62 host – network address = 202.91.8.128/26
Subnet 4 = 62 host – network address = 202.91.8.192/26
Subnet Mask = 255.255.255.192
Bila salah satu subnet masih ingin memecah jaringannya menjadi beberapa bagian, misal subnet 4 masih akan dibagi menjadi 2 jaringan (subnet), maka 62 IP yang sebelumnya akan dialokasikan buat host subnet 4 akan dipecah menjadi 2 subnet lagi dengan jumlah host yang sama.
Subnet 4 = 30 host – network address = 202.91.8.192/27
Subnet 5 = 30 host – network address = 202.91.8.224/27
Subnet Mask = 255.255.255.224
Sisa host masing-masing subnet yang baru hanya 30 host, dikarenakan 1 IP sebagai identitas alamat Network dan 1 IP lainya (yang terakhir) digunakan sebagai IP broadcast subnet tersebut.


4.1.2 Variable Length Subnet Mask (VLSM)
Jika pada pengalokasian IP address classfull, suatu network ID hanya memiliki satu subnetmask, maka VLSM menggunakan metode yang berbeda, yakni dengan memberikan suatu network address lebih dari satu subnetmask.
Perhatikan contoh berikut:
Satu blok IP address (169.254.0.0/20) dibagi menjadi 16.
Subnet 1 = 4094 host – Net address = 169.254.0.0/20
Subnet 2 = 4094 host – Net address = 169.254.16.0/20
Subnet 3 = 4094 host – Net address = 169.254.32.0/20
Subnet 4 = 4094 host – Net address = 169.254.64.0/20
Subnet 16= 4094 host – Net address = 169.254.240.0/20
Subnet Mask = 255.255.240.0
Berikutnya Subnet 2 akan dipecah menjadi 16 subnet lagi yang lebih kecil.
Subnet 2.1 = 254 host – Net address = 169.254.16.0/24
Subnet 2.2 = 254 host – Net address = 169.254.17.0/24
Subnet 2.3 = 254 host – Net address = 169.254.18.0/24
Subnet 2.16 = 254 host – Net address = 169.254.31.0/24
Subnet Mask = 255.255.255.0
Bila subnet 2.1 akan dipecah lagi menjadi beberapa subnet, misal 4 subnet, maka:
Subnet 2.1.1 = 62 host – Net address = 169.254.16.0/26
Subnet 2.1.2 = 62 host – Net address = 169.254.16.64/26
Subnet 2.1.3 = 62 host – Net address = 169.254.16.128/26
Subnet 2.1.4 = 62 host – Net address = 169.254.16.192/26
Subnet Mask = 255.255.255.192


Nah…terlihatkan kalau pada Subnet 2 (Net address 169.254.16.0) dapat memecah jaringannya menjadi beberapa subnet lagi dengan mengganti Subnetmask-nya menjadi: 255.255.240.0,  255.255.255.0 dan 255.255.255.192.
Jika anda perhatikan, CIDR dan metode VLSM mirip satu sama lain, yaitu blok network address dapat dibagi lebih lanjut menjadi sejumlah blok IP address yang lebih kecil. Perbedaannya adalah CIDR merupakan sebuah konsep untuk pembagian blok IP Public yang telah didistribusikan dari IANA, sedangkan VLSM merupakan implementasi pengalokasian blok IP yang dilakukan oleh pemilik network (network administrator) dari blok IP yang telah diberikan padanya (sifatnya local dan tidak dikenal di internet).
Esensi dari subnetting adalah “memindahkan” garis pemisah antara bagian network dan bagian host dari suatu IP Address. Beberapa bit dari bagian hostID dialokasikan menjadi bit tambahan pada bagian networkID. Address satu network menurut struktur baku dipecah menjadi beberapa subnetwork. Cara ini menciptakan sejumlah network tambahan dengan mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam tiap network tersebut.
Tujuan lain dari subnetting yang tidak kalah pentingnya adalah untuk mengurangi tingkat kongesti (gangguan/ tabrakan) lalulintas data dalam suatu network.

Perhatikan…!!! pengertian satu network secara logika adalah host-host yang tersambung pada suatu jaringan fisik. Misalkan pada suatu LAN dengan topologi bus, maka anggota suatu network secara logika haruslah host yang tersambung pada bentangan kabel tersebut. Jika menggunakan hub untuk topologi star, maka keseluruhan network adalah semua host yang terhubung dalam hub yang sama. Bayangkan jika network kelas B hanya dijadikan satu network secara logika, maka seluruh host yang jumlahnya dapat mencapai puluhan ribu itu akan “berbicara” pada media yang sama.
Jika kita perhatikan ilustrasi pada gambar berikut, hal ini sama dengan ratusan orang berada pada suatu ruangan. Jika ada banyak orang yang berbicara pada saat bersamaan, maka pendengaran kita terhadap seorang pembicara akan terganggu oleh pembicara lainnya. Akibatnya, kita bisa salah menangkap isi pembicaraan, atau bahkan sama sekali tidak bisa mendengarnya. Artinya tingkat kongesti dalam jaringan yang besar akan sangat tinggi, karena probabilitas “tabrakan” pembicaraan bertambah tinggi jika jumlah yang berbicara bertambah banyak.

Gambar 4.1. Satu Physical Network dengan host yang banyak

Untuk menghindari terjadinya kongesti akibat terlalu banyak host dalam suatu physical network, dilakukan segmentasi jaringan.
Misalkan suatu perusahaan yang terdiri dari 4 departemen ingin memiliki LAN yang dapat mengintegrasikan seluruh departemen. Masing-masing departemen memiliki server sendiri-sendiri (bisa Novell Server, Windows Server, Linux atau UNIX). Cara yang sederhana adalah membuat topologi network perusahaan tersebut seperti ditampilkan pada gambar berikut.
Gambar 4.2. Subnetting secara fisik

Kita membuat 5 buah physical network (sekaligus logical network), yakni 4 buah pada masing-masing departemen, dan satu buah lagi sebagai jaringan backbone antar departemen. Dengan kata lain, kita membuat beberapa subnetwork (melakukan subnetting). Keseluruhan komputer tetap dapat saling berhubungan karena server juga berfungsi sebagai router. Pada server terdapat dua network interface, masing-masing tersambung ke jaringan backbone dan jaringan departemennya sendiri.
Setelah membuat subnet secara fisik, kita juga harus membuat subnet  logic. Masing-masing subnet fisik setiap departemen harus mendapat subnet logic (IP Address) yang berbeda, yang merupakan bagian dari network address perusahaan. Dengan mengetahui dan menetapkan subnetmask, kita dapat memperkirakan jumlah host maksimal  asing-masing subnet pada jaringan tersebut.
Berikut ini daftar subnetting yang bisa dihapal dan diterapkan untuk membuat subnet.

Tabel 4.1.  Subnetting


Disamping menghafal tabel-tabel diatas, dapat juga mempelajari cara menghitung dengan mempergunakan rumus
Jumlah Host per Network = 2 n - 2
Dimana n adalah jumlah bit tersisa yang belum diselubungi, misal Network
Prefix /10, maka bit tersisa (n) adalah 32 –10 = 22
2 22 – 2 = 4194302
Sedangkan untuk mencari : Jumlah Subnet = 2 N
Dimana N adalah jumlah bit yang dipergunakan (diselubungi) atau N = Network Prefix – 8
Seperti contoh, bila network prefix /10, maka N = 10 – 8 = 2 → 2 2  = 4

Untuk menyusun tabel diatas, sebenarnya tidak terlalu sulit, anda bisa lebih detail memperhatikan bahwa, nilai jumlah host per network ternyata tersusun terbalik dengan jumlah subnet, Host/network dapat dengan gampang anda susun dengan rumus lain, seperti: X x 2 + 2 = Xn
X  = jumlah host sebelumnya, dan
Xn = jumlah host
Perhatikan: 2 x 2 + 2 = 6, 6 x 2 + 2 = 14, 14 x 2 + 2 = 30 dst.
Subnet: 1 x 2 = 2, 2 x 2 = 4, 4 x 2 = 8, 8 x 2 = 16, dst.

“Gimana, sudah mulai faham? kalau belum mungkin contoh kasus berikut bisa lebih membantu pemahaman anda.
Contoh Kasus:
Bila anda memiliki IP address dari klas C seperti 192.168.0.1, Tentukan berapa jumlah host maksimal yang anda bisa susun dalam satu network dan berapa jumlah network (subnet) yang bisa anda bentuk (1 network atau lebih)
Penyelesaian:
Penyelesaian:
Net Address    :  192.168.0.0/24 =
   11000000.10101000.00000000.00000000
Netmask          :  255.255.255.0 =
   11111111.11111111.11111111.00000000
Wildcard         :  0.0.0.255 =
   00000000.00000000.00000000.11111111

IP Host Awal  :  192.168.0.1 =
   11000000.10101000.00000000.00000001
IP HostAkhir  :  192.168.0.254 =
   11000000.10101000.00000000.11111110
Broadcast        :  192.168.0.255 =
                           11000000.10101000.00000000.11111111
Hosts/Net        :  254 (1 Network)
Network          :  192.168.0.0/25 =
   11000000.10101000.00000000.00000000
Netmask          :  255.255.255.128 =
                           11111111.11111111.11111111.10000000
Wildcard         :  0 .0 .0 .127 =
   00000000.00000000.00000000.01111111

IP Host Awal  :  192.168.0.1 =
   11000000.10101000.00000000.00000001
IP HostAkhir  :  192.168.0.126 =
   11000000.10101000.00000000.01111110
Broadcast        :  192.168.0.127 =
   11000000.10101000.00000000.01111111
Hosts/Net        :  126 (1 Network)

Network          :  192.168.0.128 =
   11000000.10101000.00000000.10000000
IP Host Awal  :  192.168.0.129 =
   11000000.10101000.00000000.10000001
IP HostAkhir  :  192.168.0.254 =
   11000000.10101000.00000000.11111110
Broadcast        :  192.168.0.255 =
   11000000.10101000.00000000.11111111
Hosts/Net        :  126 (1 Network)

Subnets           :  2 Network
Hosts Max       :  252


Net Add          :  192.168.0.0/26 =
   11000000.10101000.00000000.00000001
Netmask          :  255.255.255.192 =
   11111111.11111111.11111111.11000000
Wildcard         :  0.0.0.63 =
   00000000.00000000.00000000.00111111

Network          :  192.168.0.0/26 = 
   11000000.10101000.00000000.00000000
HostMin          :  192.168.0.1 =
   11000000.10101000.00000000.00000001
HostMax         :  192.168.0.62 =
   11000000.10101000.00000000.00111110
Broadcast        :  192.168.0.63 =
   11000000.10101000.00000000.00111111
Hosts/Net        :  62

Network          :  192.168.0.64/26 =
   11000000.10101000.00000000.01000000
HostMin          :  192.168.0.65 =
   11000000.10101000.00000000.01000001
HostMax         :  192.168.0.126 =
   11000000.10101000.00000000.01111110
Broadcast        :  192.168.0.127 =
   11000000.10101000.00000000.01111111
Hosts/Net        :  62

Network          :  192.168.0.128/26 =
   11000000.10101000.00000000.10000000
HostMin          :  192.168.0.129 =
   11000000.10101000.00000000.10000001
HostMax         :  192.168.0.190 =
   11000000.10101000.00000000.10111110
Broadcast        :  192.168.0.191 =
   11000000.10101000.00000000.10111111
Hosts/Net        :  62

Network          :  192.168.0.192/26 =
   11000000.10101000.00000000.11000000
HostMin          :  192.168.0.193 =
   11000000.10101000.00000000.11000001
HostMax         :  192.168.0.254 =
   11000000.10101000.00000000.11111110
Broadcast        :  192.168.0.255 =
   11000000.10101000.00000000.11111111
Hosts/Net        :  62

Subnets           :  4
Hosts               :  248
Masih banyak lagi network yang kita bisa bentuk dengan 192.168.0.0/27, 192.168.0.0/28, 192.168.0.0/29, dan 192.168.0.0/30.
Singkatnya anda bisa lihat ditabel berikut:

Tabel 4.2. Subnetmask dari IP Address klas C


Contoh lain, bila sebuah kampus memiliki IP Address 167.205.7.xxx diperkirakan jumlah komputer maksimum yang tersambung di dalam setiap LAN tidak akan melebihi 30 buah. Oleh karena itu, pemilihan subnetmask yang tepat untuk ini adalah 27 bit (255.255.255.224), ini berarti jumlah bit host adalah 5, maka, subnet 167.205.7.xxx tadi dipecah menjadi 8 buah subnet baru yang lebih kecil. Setiap subnet baru terdiri dari 32 IP Address ( 1 IP untuk Net Address, 30 IP untuk host dan 1 IP untuk broadcast).
Ingat bahwa address paling awal dalam setiap subnet (seluruh bit host bernilai 0) diambil sebagai network address dan address paling akhir (seluruh bit host bernilai 1) sebagai broadcast.

Tabel 4.3. Pembagian Net 167.205.7.xxx menjadi 8 buah Subnet


Setelah mendapatkan angka-angka di atas, pendelegasian IP address dapat dilakukan.
Contoh pembagiannya adalah sbb :
subnet 1 (167.205.7.0)   untuk LAN pada Akademik
subnet 2 (167.205.7.32) untuk LAN pada Laboratorium 1
subnet 3 (167.205.7.64) untuk LAN pada Laboratorium 2, dst.
Perhatikan bahwa jika kita hanya memiliki 10 buah komputer pada LAN yang berkapasitas 30 host (penerapan masking 27 bit), maka 20 IP address lainnya yang belum/tidak terpakai tidak dapat dipakai pada LAN lain, karena akan mengacaukan jalannya routing.
Dalam melakukan subnetting, kita harus terlebih dahulu menentukan seberapa besar jaringan kita saat ini, serta kemungkinannya dimasa mendatang. Untuk hal tersebut kita dapat mengikuti beberapa petunjuk umum berikut:
·         Tentukan dulu jumlah jaringan fisik yang ada
·         Tentukan jumlah IP address yang dibutuhkan oleh masing-masing jaringan.

Berdasarkan requirement ini, definisikan:
·         Satu subnet mask untuk seluruh network
·         Subnet ID yang unik untuk setiap segmen jaringan
·         Range host ID untuk setiap subjek

Cara paling sederhana dalam membentuk subnet ialah mengalokasikan IP Address sama rata untuk setiap subnet. Namun hal ini hanya cocok jika alokasi IP yang kita miliki besar sekali atau kita menggunakan IP private, dan jaringan menjalankan protokol routing RIP versi 1.
Jika kita ingin membuat jaringan dengan subnet berukuran berbeda, RIP versi 1 tidak dapat digunakan. Alokasi IP dengan subnet yang besarnya berbeda-beda sesuai kebutuhan ini disebut sebagai VLSM (Variable Lenght Subnet Mask). VLSM dapat menghasilkan alokasi IP yang lebih efisien.




4.2 Konsep Routing
4.2.1 Mengapa perlu router ?
Sebelum kita pelajari lebih jauh mengenai bagaimana konsep routing, kita perlu memahami lebih baik lagi mengenai beberapa aturan dasar routing. Juga tentunya kita harus memahami sistem penomoran IP, subnetting, netmasking dan saudara-saudaranya yang lain.
Contoh kasus:
Host X → 128.1.1.1 (IP Kelas B network id 128.1.x.x)
Host Y → 128.1.1.7 (IP kelas B network id 128.1.x.x)
Host Z →  128.2.2.1 (IP kelas B network id 128.2.x.x)
Pada kasus di atas, host X dan host Y dapat berkomunikasi langsung tetapi baik host X maupun Y tidak dapat berkomunikasi dengan host Z, karena mereka memiliki Network Id yang berbeda. Bagaimana supaya Z dapat berkomunikasi dengan X dan Y ? gunakan router !
Contoh lain:
Host A →  192.168.0.1     subnet mask 255.255.255.240
Host B →  192.168.0.2     subnet mask 255.255. 255.240
Host C →  192.168.0.17   subnet mask 255.255. 255.240
Nah, ketika subnetting dipergunakan, maka dua host yang terhubung ke segmen jaringan yang sama dapat berkomunikasi hanya jika baik Network ID maupun subnetID-nya sesuai. Pada kasus di atas, A dan B dapat berkomunikasi dengan langsung, C memiliki Network ID yang sama dengan A dan B tetapi memiliki subnetmask yang berbeda. Dengan demikian C tidak dapat berkomunikasi secara langsung dengan A dan B. Bagaimana supaya C dapat berkomunikasi dengan A dan B ? gunakan router !
Jadi fungsi router, secara mudah dapat dikatakan, menghubungkan dua buah jaringan yang berbeda; tepatnya mengarahkan rute yang terbaik untuk mencapai network yang diharapkan.

Dalam implementasinya, router sering dipakai untuk menghubungkan jaringan antar lembaga atau perusahaan yang masing-masing telah memiliki jaringan dengan Network ID yang berbeda.
Contoh lainnya yang saat ini populer adalah ketika sebuah perusahaan akan terhubung ke internet. Maka router akan berfungsi mengalirkan paket data dari perusahaan tersebut ke lembaga lain melalui internet, sudah barang tentu nomor jaringan perusahaan itu akan bereda dengan perusahaaan yang dituju.
Jika sekedar menghubungkan 2 buah jaringan, sebenarnya anda juga dapat menggunakan PC berbasis windows NT atau Linux, dengan memberikan 2 buah network card dan sedikit setting, maka anda telah membuat router praktis. Namun tentunya dengan segala keterbatasannya. Di pasaran sangat beragam merek router, antara lain baynetworks, 3com, Cisco, dll.

4.2.2 Routing Statik dan Dinamik
Secara umum mekanisme koordinasi routing dapat dibagi menjadi dua, yaitu: routing statik dan routing dinamik.
Pada routing statik, entri-entri dalam forwarding table router diisi dan dihapus secara manual, sedangkan pada routing dinamik perubahan dilakukan otomatis melalui protokol routing.
Routing statik adalah pengaturan routing paling sederhana yang dapat dilakukan pada jaringan komputer. Menggunakan routing statik murni dalam sebuah jaringan berarti mengisi setiap entri dalam forwarding table di setiap router yang berada di jaringan tersebut.
Penggunaan routing statik dalam sebuah jaringan yang kecil tentu bukanlah suatu masalah, hanya beberapa entri yang perlu diisikan pada forwarding table di setiap router. Namun Anda tentu dapat membayangkan bagaimana jika harus melengkapi forwarding table di setiap router yang jumlahnya tidak sedikit dalam jaringan yang besar. Apalagi jika Anda ditugaskan untuk mengisi entri-entri di seluruh router di Internet yang jumlahnya banyak sekali dan terus bertambah setiap hari. Tentu repot sekali!
Routing dinamik adalah cara yang digunakan untuk melepaskan kewajiban mengisi entri-entri forwarding table secara manual. Protokol routing mengatur router-router sehingga dapat berkomunikasi satu dengan yang lain dan saling memberikan informasi routing yang dapat mengubah isi forwarding table, tergantung keadaan jaringannya. Dengan cara ini, router-router mengetahui keadaan jaringan yang terakhir dan mampu meneruskan datagram ke arah yang benar. Dengan kata lain, routing dinamik adalah proses pengisian data routing di table routing secara otomatis.

Berikut ini tabel perbedaan yang spesifik untuk kedua jenis routing.

Tabel 4.4. Perbedaan routing statik dan routing dinamik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar